tag:blogger.com,1999:blog-49454622981580852182024-03-13T14:41:45.620-07:00diarihidupseorangakuAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.comBlogger177125tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-20341994976194271562013-04-12T09:39:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.486-07:00patofisiologi asma pada anak<b>patofisiologi asma pada anak</b> - PATOFISIOLOGI ASMA BRONCHIAL<br /><br /><u>Asma pada anak</u> terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.<br />Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Respon asma</a> terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/Paru%20paru%20dan%20Asma" target="_blank">Asma</a> juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.<br />Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan<br />Anak yang <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2012/04/asma-bronchial.html" target="_blank">mengalami asma</a> mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).Selama serangan astmati, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).<br /><br /><br />Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)<br /><br />↓<br /><br />Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper<br /><br />↓<br /><br />IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas<br /><br />↓<br /><br />Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit<br /><br />↓<br /><br />Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang ( histamin )<br /><br />↓<br /><br />Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )<br /><br />↓<br /><br />Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )<br /><br />↓<br /><br />Hiperresponsif jalan napas<br /><br />↓<br /><br />Astma<br /><br />↓<br /><br />Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.<br /><br />Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.<br /><br />Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan<br /><br />Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan<br /><br />Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik<br /><br />Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan<br /><br />KOMPLIKASI ASMA BRONCHIAL<br /><br />Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas<br /><br />Chronik persistent bronchitis<br />Bronchiolitis<br />Pneumonia<br />Emphysema.<br /><br />ETIOLOGI ASMA BRONCHIAL<br /><br />Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).<br />Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.<br /><br />MANIFESTASI KLINIS ASMA BRONCHIAL<br /><br />Auskultasi :Wheezing, ronkhi kering musikal, ronki basah sedang.<br />Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.<br />Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit.<br />Tachypnea, orthopnea.<br />Diaphoresis<br />Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.<br />Fatigue<br />Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara<br />Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.<br />Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.<br />Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.<br />Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.<br />X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”<br /><br />Pemeriksaan Diagnostik<br /><br />Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik<br />Foto rontgen<br />Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum<br />Pemeriksaan alergi<br />Pulse oximetri<br />Analisa gas darah.<br /><br />Penatalaksanaan serangan asma akut :<br /><br />Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.<br />Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.<br />Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :<br />Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :<br />Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam<br />Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam<br />Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam<br /><br />Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.<br />Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.<br />Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam<br />Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam<br /><br />Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus misalnya infus pump. <br />Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).<br /><br />ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL<br />PENGKAJIAN<br /><br />Identitas<br />Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.<br />Keluhan utama<br />Batuk-batuk dan sesak napas<br />Riwayat penyakit sekarang<br />Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.<br />Riwayat penyakit terdahulu<br />Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.<br />Riwayat penyakit keluarga<br />Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.<br />Riwayat kesehatan lingkungan<br />Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.<br />Riwayat tumbuh kembang<br />Tahap pertumbuhan<br />Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.<br />Tahap perkembangan<br />Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.<br />Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).<br />Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.<br />Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.<br />Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.<br />Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.<br />Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.<br />Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.<br />Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.<br />Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.<br />Riwayat imunisasi<br />Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.<br />Riwayat nutrisi<br />Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.<br /><br />Intervensi:<br />Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).<br />Monitor elektrolit<br />Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah<br />Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran ( overload )<br />Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).<br />Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000 ml), tergantung usia dan berat badan.<br />Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.<br />Tujuan :<br />Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat<br />Kriteria hasil:<br />Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.<br />Intervensi:<br />Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.<br />Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress<br />Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan<br />Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak<br />Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial<br />Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.<br />Tujuan :<br />Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.<br />Kriteria hasil:<br />Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau perawatan, misalnya memberikan makan dan minum yang cukup, memberi minum obat oral pada anak sesuai program.<br />Intervensi:<br />Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi.<br />Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.<br />Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.<br />Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah.<br />Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.<br />Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.<br />Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.<br /><br />Perencanaan Pemulangan<br /><br />Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.<br />Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.<br />Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya.<br />Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.<br />Ajarkan penggunaan nebulizer.<br />Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.<br />Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.<br />Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.<br />Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya<br />Soetjningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta<br />Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika Jakarta.<br />Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta<!--80-->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-90486038685437266362013-04-12T08:29:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.584-07:00penyebab penyakit tbc dan cara mengatasinya<b>penyebab penyakit tbc dan cara mengatasinya</b> - <i>Penyebab Penyakit TBC</i> telah <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">PoSt KEsehatan</a> share pada Artikel sebelumnya <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2012/05/penyebab-penyakit-tbc.html" target="_blank">Disini</a>, semua artikel tentang TBC baca <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/tbc" target="_blank">DiSINI</a>, Kesempatan kali ini kami share tentang <u>cara mengatasi Penyakit TBc</u>.<br /><br /> ini adalah salah satu <u><i><b>Cara alami Mengatasi TBC</b></i></u><br /><br />Dengan keampuhan jelly gamat luxor mampu membunuh Bakteri Mikobakterium tuberkulosa dalam tubuh sehinga tbc dapat di atasi dengan jelly gamat luxor dengan dosis 1 Hari 2 kali mimum, 1 kali Minum 2 Sendok Makan.Sebagai Pembuktiannya saya ada testimoni dari penderita langsung TBC.<br />Nama : Sarmaramahida Manurung<br />Umur : 25 Tahun<br />Alamat : Tebing Tinggi<br />keluhan : Epilepsi, TBC<br />Jenis Prodak : Jelly Gamat Luxor dan Spirulina Pasific<br /><br />Saya mempunyai penyakit ayan (Epilepsi). Sebelum saya mengkonsumsi Luxor, epilepsi saya sering kambuh, 1 hari bisa sampai 4 kali. Memang saya tidak menyadarinya ketika kambuh, tetapi saya diberitahu oleh keponakan saya kalau penyakit saya ini kambuh. Saya sungguh-sungguh tidak sadar kalau penyakit saya kambuh.<br /><br />Saya dan keluarga sudah coba berobat ke dokter saraf dan ke dokter lainnya, tetapi belum ada hasilnya. Saya sangat kecewa sekali, padahal saya sangat bersemangat untuk sembuh. Beberapa hari kemudian seseorang datang pada saya, yaitu petugas Puskesmas dan saya diberi Luxor lalu saya minum 2 kali sehari.<br /><br />Tepatnya bulan Januari, saya mulai munum Luxor sampai bulan Juni tahun 2005, penyakit epilepsi saya tidak pernah kambuh lagi dan penyakit TBC saya sudah sembuh berkat Luxor.<br /><br />Sekarang Anda tinggal Memilih Memakai Herbal atau Obat kimia yang akan anda gunakan tetapi saya sudah peringatkan jangan menggunakan obat kimia yang akan memicu masalah baru jadi anda harus menggunakan Cara Mengatasi TBC untuk keselamatan hidup anda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-74340631107527947682013-04-08T13:30:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.591-07:00laporan pendahuluan anemia pada ibu hamil<b>laporan pendahuluan anemia pada ibu hamil</b> - <br /><i>LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA</i><br /><u>LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA</u><br /><br />A. KONSEP DASAR PENYAKIT<br /><br /><br />1. Definisi<br />· <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank"> Anemia adalah</a> kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). <u>Arti Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya</u> kekurangan darah, from ἀν- an-, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.<br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">anemia</a> adalah penyakit darah yang sering ditemukan. beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/Anemia" target="_blank">penyebab anemia</a> yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).<br /><br />Seorang <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2012/05/laporan-pendahuluan-anemia-aplastik.html" target="_blank">pasien dikatakan anemia</a> bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.<br /><br /><br />MAAF SEBAGIAN ARTIKEL HILANG (silahkan cari definisi ke2dan 3<br /><br /><br />4. Patofisiologi<br />Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.<br /><br /> 5. Klasifikasi<br />Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :<br />1) Anemia defisiensi besi (62,3%)<br />Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besi tidak bertambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar.<br />2) Anemia megaloblastik( 29,0%)3<br />Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat ( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12( cynocobalamin).<br />3) Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)<br />Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambara normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat – obatan.<br />4) Anemiahemolitik<br />Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yakni :<br />(1) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.<br />(2) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada infeksi ( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada defisiensi G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati, dll. ( Ilmu Kebidanan, 451-457)<br /><br />6. Gejala Klinis<br />Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun( anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek,( pada anemia parah), dan keluhan mual muntah pada hamil muda, palpitasi.<br /><br />7. Pemeriksaan Fisik<br />Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.<br />Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.<br />Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu<br /><br />8. Pemeriksaan Diagnostik.<br />Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :<br />1) Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%<br />2) Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )<br />3) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )<br />4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi <br />5) Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak<br /> 9. Penatalaksanaan<br /><br /> 1) Therapy pengobatan<br />(1) Therapy oral<br />Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagianbesar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.Pengobatan yang lain:<br />· Asam folik 15 – 30 mg per hari<br />· Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari<br />· Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari<br />· Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.<br /> (2) Therapi parenteral<br />Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Therapy parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)<br /><br /> a. Pencegahan.<br /><br />(1) Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.<br />(2) Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat besi.<br />(3) Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi dan penyakit cacingan.<br />(4) Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat menghambat penyerapan zat besi.<br /><br /> 10. Komplikasi<br /><br />Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai.<br />· Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.<br />· Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.<br />· Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.<br /><br /><br />B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN<br /><br />1. Pengkajian<br />1) Aktivitas<br />· Keletihan, kelemahan, malaise umum.<br />· Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja<br />· Toleransi terhadap latihan rendah.<br />· Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak<br />2) Sirkulasi<br />· Riwayat kehilangan darah kronis, <br />· Palpitasi.<br />· CRT lebih dari dua detik<br />3) Integritas Ego<br />Cemas, gelisah, ketakutan<br />4) Eliminasi<br />· Konstipasi.<br />· Sering kencing.<br />5) Makanan / cairan<br />· Nafsu makan menurun<br />· Mual/ muntah<br />6) Nyeri / kenyamanan<br /><br /> Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.<br /><br />7) Pernapasan <br /> Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifita<br /><br />8) Seksual<br />· Dapat terjadi pendarahan pervagina<br />· Pendarahan akut.sebelumnya<br />· Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya.<br /><br /><br />2. Diagnosa yang mungkin muncul:<br />1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah<br />2) Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel<br />3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen<br />4) Risiko cedera terhadap janin<br />5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia<br />6) PK Anemia.<br /><br />3. Rencana asuhan keperawatan<br />1) Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.<br />Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:<br />- Berat badan klien dalam batas normal.<br />- Klien tidak mengalami mual-muntah<br />- Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan<br /> Intervensi<br /> Mandiri<br />1. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan mutrisi dulu/sekarang dengan menggunakan batasan 24 ja. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.<br />R: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.<br />2. Dapatkan riwayat kesehatan; catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun).<br />R: remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia, dan klien lansia mungkin cenderung obesitas/diabetes gestasional.<br />3. Pastikan tingkat penegetahuan tentang kebutuhan diet.<br />R: menentukan kebutuhan belajar khusus. Pada periode pranatal, laju basal metabolik meningkatkan (khususnya pada kehamilan lanjut) karena peningkatan aktivitas tiroid yang berhubungan dengan pertumbuhan fetus dan jaringan pada ibu, menjadi potensial risiko terhadap klien dengan nutrisi buruk. Penambahan 800 mg zat besi diperlukan selama kehamilan untuk perkembangan jaringan ibu/janin dan kondisi janin di dalam rahim. Selama trismester ketiga, kebutuhan terhadap zat besi minimal, dan diet seimbang dengan peningkatan kebutuhan kalori biasanya adekuat.<br />4. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen vitamin/zat besi setiap hari.<br />R: materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang.<br />5. Evaluasi motivasi/sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan balik tentang informasi yang telah diberikan.<br />R: bila klien telah termotivasi untuk emmperbaiki diet, evaluasi lebih lanjut atau intervensi lain mungkin dapat diindikasikan.<br />6. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu selama kehamilan.<br />R: dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan kesehatan. Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini bahwa ini mengeraskan tulang ibu dan emmbuat sulit melahirkan.<br />7. Perhatikan adanya pika/ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat motivasi untuk memakannya.<br />R: memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan pada kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar, dan/atau respon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi. (misalnya mengunyah es dapat menandakan anemia). Catatan: mencerna kanji untuk pakaian dapat menimbulkan anemia defisiensi; dan mencerna lempung/tanah liat dapat mengakibatkan gangguan fekal/BAB.<br />8. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravid biasanya. Berikan informasi tentang penambahan pranatal yang optimum.<br />R: ketidak adekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir rendah. Penelitian menemukan adanya hubungan positif antara kegemukan ibu pregravid dan peningkatan angka morbiditas perinatal berkenaan dengan kelahiran preterm.<br />9. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.<br />R: mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status nutrisi pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.<br />10. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).<br />R: mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau kadar Ht kurang atau sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada trimester pertama.<br />11. Ukur pembesaran uterus.<br /> R: malnutrisi ibu berefek negatif terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan <br /> komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran perkembangan janin dan <br /> kemungkinan lebih lanjut.<br /> Kolaborasi<br />1. Buat rujukan yang perlu sesuai indikasi (misalnya, pada ahli diet, pelayanan sosial)<br />R: mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi; dapat membatasi anggaran keuangan.<br />2. Rujuk pada program makanan wanita, bayi, anak-anak dengan tepat.<br />R: yayasan penyelenggara program makanan suplemen membantu meningkatkan secara optimal nutrisi ibu/janin.<br /><br />2) Dx 2 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel<br />Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke jaringan/ke sel efektif dengan kriteria hasil :<br />- Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)<br />- Tidak terdapat kebiruan pada kulit<br />- CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)<br />Intervensi :<br /> Mandiri<br />1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.<br />R: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.<br />2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.<br />R: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari 2 dapat menandakan anemia.<br />3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif).<br />R: mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap deficit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.<br />4. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus.<br />R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif ddalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.<br />5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri<br />R: menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.<br />Kolaborasi<br />1. Berikan suplemen oksigen pada klien<br />R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janjin meningkat.<br />2. Lakukan/ ulang NST sesuai indikasi<br />R: mengevaluasi secara elektronik respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan kesejahteraan janin (tes reaktif) versus hipoksia (nonreaktif).<br />3. Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.<br />R: mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin kehabisan tenaga untuk melakukan mekanisme koping, dan kemungkinan SSP rusak / janin meninggal.<br /><br />3) Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.<br />Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien dapat beraktivitas dengan baik.<br /> Kriteria hasil :<br />- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD 90/60-140/90 mmHg)<br />- Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah <br /><br /> Intervensi :<br /> Mandiri<br />1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring, dan penurunan aktivitas.<br />R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.<br />2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)<br />R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.<br />3. Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).<br /> R. aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami intoleransi aktivitas karena <br /> kurang latihan akan menyebabkan otot menjadi atrofi.<br />4. Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat, tanda vital, dan pengkajian.<br />R : Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk tindakan berikutnya<br />5. Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur.<br />R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.<br />6. Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan menonton televisi, atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.<br /> R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.<br /><br />4) Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin<br />Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x….diharapkan risiko cedera pada janin dapat tertanggulangi, dengan kriteria hasil :<br />- Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)<br />- Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda abnormalitas.<br />- Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan<br />Intervensi<br /> Mandiri<br />1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.<br />R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/oksigenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin/plasenta. Janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis.<br />2. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin<br />R: secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan tanda yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera pada janin akibat kekurangan nutrisi.<br />3. Kaji terhadap mual/muntah berlebihan.<br />R: Memajankan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.<br />4. Bantu dalam screening dan kelainan genetik.<br />R: Kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus untuk mencegah efek negatif dalam pada pertumbuhan janin.<br />5. Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik<br />R: Retardasi pertunbuhan intrauterus/pascanatal, malformasi dan retardasi mental dapat terjadi.<br />6. Pantau DJJ selama krisis sel sabit<br />R: Asidosis /hipoksia ibu, khusus pada trimester ketiga dapat mengakibatkan kelainan SSP janin. Krisis berulang mempredisposisikan klien dan janin pada peningkatan mortalitas dan laju morbiditas.<br />7. Lakukan pemeriksaan leofold untuk mengetahui keadaan janin terutama mengukur tinggi fundus.<br />R: tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa pertumbuhan janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.<br /><br />Kolaborasi<br />1. Berikan suplemen oksigen sesuai kebutuhan<br />R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada adanya anemia berat atau bila sirkulasi maternal menurun<br />2. Ultrasonografi<br />R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGRnya menurun<br /><br />5) Dx 5 ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia<br />Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.<br /> Kriteria hasil :<br />- Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia<br />- Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan<br />- Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi anemia<br /><br /> Intervensi :<br /> Mandiri<br />1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.<br />R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar. Penyerapan informasi ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap untuk belajar.<br />2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar.<br />R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar.<br />3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang.<br />R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau tindakan.<br />4. Anjurkan periode istirahat reguler 2 sampai 3 kali sehari pada posisi miring kiri setelah pulang. Bila tirah baring dilanjutkan, anjurkan klien menggunakan sebagian waktu dalam sehari di tempat tidur.<br />R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi kelelahan. Bila klien bangun dan bergerak, istirahat di kamar tidur dapat memaksimalkan istirahat. Namun, klien yang sepenuhnya tirah baring dapat merasa terisolasi dan bosan tanpa ”perubahan pandangan”.<br />5. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu dan janin.<br />R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi kepada pasien tentang dampak obat-obatan terutama SF yang dapat menyebabkan mual dan muntah oleh karena itu ajarkan cara memakan obat dengan benar misalnya mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk membantu mempercepat reabsorpsi obat dan menganjurkan pasien untuk tidak meminum kopi atau teh selama meminum obat karena akan memperlambat reabsorpsi obat.<br /><br />Evaluasi<br /><br />1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah<br />2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan kelembapan)<br />3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan lelah<br />4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai kehamilan<br />5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan dan prosedur perawatan.<br /><br /> <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />1. Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC<br />2. Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.<br />3. Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP-SP.<br />4. Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC<br />5. Manjoer,Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI:Media Aekulatius<br />6. Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP<br />7. http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-arlinda%20sari2.pdf.<br />8. http://www.motherandchildhealth.com/Prenatal/postpartum_anemia.html<br />9. http://usph.wordpress.com/2007/08/15/asupan-90-tablet-besi-dan-anemia-ibu-hamil/<br /><!--37-->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-63943596954527038872013-03-30T11:26:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.602-07:00kanker serviks adalah<b>kanker serviks</b> - <i>Kanker serviks adalah</i> salah satu jenis <u>kanker yang menyerang perempuan</u>. Di Indonesia, penderita <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">kanker</a> serviks sangat banyak. Tidak mengherankan jika <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/kanker" target="_blank">kanker</a> serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita no 1 di Indonesia.<br /><br />Sebutan tersebut menandakan betapa ganasnya <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/kanker-serviks-adalah.html" target="_blank">kanker serviks</a> terhadap perempuan-perempuan di Indonesia. Agar terhindar dari bahaya kanker serviks, sangat penting untuk mengetahui ciri kanker serviks.<br /><br />Ciri kanker serviks pertama adalah rasa sakit saat melakukan hubungan badan. Tidak jarang organ intim perempuan sampai mengeluarkan darah. Terkadang, darah tersebut juga keluar bersama urin.<br /><br />Jika Anda mengalami kejadian tersebut, Anda patut waspada. Sebab kanker serviks memang sering menyebar lewat hubungan seksual. Virus Human Papiloma yang menjadi penyebab kanker serviks sering menyebar melalui hubungan intim.<br /><br />Ciri kanker serviks berikutnya adalah munculnya cairan encer atau keputihan dari vagina. Ciri ini biasanya terlihat pada penderita kanker serviks stadium lanjut. Oleh sebab itu, perlu segera dilakukan pengobatan kanker serviks sebelum terlambat.<br /><br />Terjadinya perdarahan saat masa menopause juga bisa menjadi ciri kanker serviks. Pemeriksaan ke dokter harus cepat dilakukan sebelum semuanya menjadi terlambat.<br /><br />Sementara, ciri kanker serviks yang juga mudah diamati adalah adanya penurunan berat badan secara drastis. Turunnya berat badan tersebut terkait dengan mekanisme dan kerja organ-organ dalam tubuh yang terganggu karena keberadaan sel-sel kanker serviks.<br /><br />Ciri-ciri kanker serviks tersebut diawali dengan bersarangnya HPV (Human Papilloma Virus) dalam tubuh. HPV memiliki jenis yang sangat banyak. Tercatat lebih dari 100 varian virus HPV yang sudah diketahui.<br /><br />Dengan begitu, potensi terjangkit kanker serviks sebetulnya cukup besar jika melihat betapa bervariasinya virus HPV yang ada. Oleh sebab itu, ciri-ciri kanker serviks tersebut memang perlu diketahui dengan baik.<br /><br />Jika ada yang mengalami ciri kanker serviks di atas, sebaiknya cepat memeriksakan diri untuk mengetahui benar tidaknya kanker serviks sedang menjangkiti tubuh karena semakin lambat pemeriksaan dilakukan, semakin tidak jelas apa langkah yang mesti dilakukan.<br /><br />Padahal tiap detik yang dimiliki oleh penderita kanker serviks amat berharga. Pengobatan kanker serviks harus dilakukan segera karena jika tidak bukan tidak mungkin kematian yang akan menghampiri.<br /><br />Mengobati kanker serviks dengan obat herbal seperti Sarang Semut juga layak dilakukan. Sarang Semut amat berkhasiat untuk memberantas sel-sel kanker serviks dan mencegahnya timbul kembali. Pengobatan kanker serviks wajib segera dilakukan saat ciri kanker serviks seperti yang disebutkan di atas mulai terlihat.<br /><br /><br /><br />Informasi lengkapnya di: http://www.deherba.com/ciri-kanker-serviks-yang-sangat-menakutkan.html#ixzz2P36HENJkAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-75602314662002950122013-03-28T11:20:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.608-07:00patofisiologi stroke non hemoragik<b>patofisiologi stroke non hemoragik</b> - <i>Artikel patofisiologi stroke non hemoragik</i> - <u>Tentang patofisiologi stroke non hemoragik</u><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke non hemoragik</a><br />Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.<br />Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.<br />Baca Juga Artikel Tentang <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Stroke</a>, dan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/laporan-pendahuluan-stroke-hemoragik.html" target="_blank">Stroke HEMORAGIK</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-518523123744972872013-03-28T11:05:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.616-07:00askep stroke hemoragik adalah<b>askep stroke hemoragik adalah</b> - <i>askep stroke hemoragik adalah</i> - <u>askep stroke hemoragik adalah</u><br />BAB II<br />TINJAUAN TEORITIS<br /><br />2.1. Konsep Dasar Teori<br />2.1.1. Pengertian<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke adalah</a> terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran darah keotak atau retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensoris dan motoris tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran. (Arif Mutaqqin, 2008)<br />Menurut Ramadhan (2009), <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">stroke</a> termasuk penyakit cerebrovaskular (pembuluh darah otak) dan ditandai oleh kematian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke dalam otak.<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-stroke-hemoragik-pdf.html" target="_blank">Stroke adalah</a> suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008)<br />Stroke (cedera serebrovaskuler [cerebrovasculer accident, CVA]) didefinisikan sebagai gangguan neurologis fokal yang tejadi mendadak akibat proses patofisiologi dalam pembuluh darah. (Valentina L. Brashers,2008)<br />2.1.2 Anatomi dan Fisiologi<br /><br />Gambar I. Bagian – bagian Otak<br /><br />a. Bagian-bagian Otak<br />Otak merupakan organ yang paling mengaggumkan dari seluruh organ, kita mengetahui bahwa seluruh angan-angan dan keinginan dan nafsu perencanaaan dan memeori merupakan hasil dari aktivitas otak. Otak bersisi 10 miliar neuron yang nenjadi komplek secara kesatuan fungsional. Otak lebih komplek dari pada batang otak manusia kira – kira merupakan 2 % dari berat badan orang dewasa, otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% dari curah jantung, memerlukan 205 pemakaian oksigen tubuh, dan sekita 400 kilo kalori energi setiap hari.<br />Menurut mutaqin (2008) pada dasarnya otak mempunyai beberapa bagian, yaitu:<br />1. Serebrum<br />Serebrum merupakan merupakan bagian otak yang paling besar dan menonjol di sini terletak pusat – pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensori dan motorik, juga mengatur proses penalaran, memori dan intelgensi. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer sebelah kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan konsep fungsional ini di sebut pengendalian kontralateral.<br />1. Kortek serebri<br />Kortek serebri atau mantel abu-abu (gray metter) dari serebrum mempunyai banyak lipatan yang di sebut giri ( tunggal girus). Susunan seperti ini memunkinkan permukaan otak menjadi luas ( di perkirakan seluas 2200 cm2) yang terkandung dalam rongga tengkorak yang sempit. Kortek serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk mengindra lingkungan. Korteks serebri menentukan prilaku yang bertujuan dan beralasan.<br />2. Lobus frontal<br />Lobus frontal mencakup bagian dari korteks serebrum bagian depan yaitu dari sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar lateralis bagian ini memiliki area motorik dan pramotorik. Area broca terletak di lobus frontalis dan mengontraol aktivitas bicara. Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh bagian otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran rencana dan prilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk prilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang di hasilkan oleh system limbic dan refleks vegetatife dari batang otak.<br />3. Lobus parietalis<br />Merupakan lobus sensori yang berfungsi menginterprestasikan sensasi rangsangan yang datang atau mengatur individu mampu mengetahui posisi letak dan bagian tubuh. Untuk sensasi raba dan pendengaran. Lobus parietalis menyampaikan informasi ke banyak daerah lain di otak, termasuk area asosiasi motorik dan visual di sebelahnya.<br />4. Lobus oksipitalis<br />Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkan dari serebrum, lobus ini pusat asosiasi visual utama. Lobus ini menerima informasi dari retina mata. Menginterprestasikan pengelihatan membedakan warna dan sekaligus kordinasi gerakan dan keseimbangan.<br />5. Lobus temporalis<br />Memiliki fungsi menginterprestasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran, interprestasi bahasa dan penyimpanan memori.<br />6. Serebelum<br />Ada dua fungsi utam serebelum, yaitu :<br />a) Mengatur otot - otot postural tubuh<br />b) Melakukan program akan gerakan - gerakan pada keadaan sadar maupun bawah sadar.<br />Serebelum mengkordinasi penyesuaian secara tepat dan otomatis dengan menjaga keseimbangan tubuh. Serebelum merupakan pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta menguabh tonus otot dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh price,1995 dalam buku arif mutaqqin 2008.<br />7. Batang otak<br />Bagian-bagian batang otak dari atas sampai bawah yaitu pons dan medulla oblongata. Di seluluh batang otak terdapat jeras-jeras yang berjalan naik turun. batang otak merupakan pusat relasi dan refleks dari SSP.<br />8. Medulla oblongata<br />Medulla oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung vasikonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah. Semua jeras asendens dan desendens medulla spinalis terlihat di sini. Pada permukaan anterior terdapat pembesaran yang di sebut pyramid yang terutama mengandung serabut motorik volunteer.di bagian posterior medulla oblongata terdapat pula dua pembesaran yang di sebut fesikuli dari jeras asendens kolumna dorsalis, yaitu fesikuli grasilis dan fesikulus kutaenus, jeras -jeras ini mrngantarkan tekanan, proprioseptif otot-otot sadar, sensai getar dan diskriminasi dua titik.<br /><br /><br />1.1.3. Etiologi<br />Stroke dapat dibagi menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik merupakan terjadinya perdarahan di otak yang meneurunkan aliran oksigen dan gula darah ke daerah tertentu sehingga sel-sel saraf akan mati dan area yang terkena akan terganggu fungsinya.<br />Stroke hemoragik dapat disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu, kejadiannya biasanya pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat saat beristirahat dan kesadaran pasien biasanya menurun, sedangkan stroke non hemoragik merupakan gangguan fungsi otak secara tiba-tiba. Stroke non hemoragik merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua.<br />Penyebab terjadinya stroke non hemoragik secara umum karena adanya gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi karena :<br />A. Trombosis serbral<br />Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami okulasi sehingga menyebabakan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.<br />Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan trombusi otak :<br />1. Ateroksklerosis<br />2. Hiporkoagulasi pada polisitemia<br />3. Arteritis (radang pada arteri)<br />4. Emboli<br />B. Hemoragi<br />Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahn ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.<br />C. Hipoksia umum<br />Bebrapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :<br />1. Hipertensi yang parah<br />2. Henti jantung paru<br />3. Curah jantung turun akibat aritmia<br />D. Hipoksi setempat<br />Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :<br />1. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid<br />2. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren<br />(Arif mutakin,2008).<br />Faktor - faktor resiko terjadinya stroke antara lain (Arif mutakin 2008) :<br />1. Hipertensi<br />2. Penyakit jantung<br />3. Kolestrol tinggi<br />4. Obesitas<br />5. Diabetes<br />6. Merokok<br />7. Penyalahgunaan obat<br />8. Konsumsi alkohol<br /><br />1.1.4. Patofisilogi<br />1. Stroke non hemoragik<br />Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. (Arif mutakin,2008).<br />2. Stroke hemoragik<br />Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. (Arif mutakin,2008)<br /><br /><br />1.1.5. Manifestasi klinis<br />Menurut Brunner & Suddarth (2006) manifestasi klinis yang timbul pada pasien stroke berdasarkan pembulu darah arteri yangg terkena antara lain :<br />Kontra lateral paralisis (kumpulan atau kehilangan daya untuk bergerak) atau parisese (kelumpuhan ringan),<br />1. Hilangnya sensorik dan motorik, paling nyata pada muka, leher dan ekstremitas atas.<br />2. Afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang trauma ekspresif.<br />3. Gangguan persepsi, termasuk perubahan tingkah laku.<br />4. Kontra lateral hemianova (hilangnya pengelihatan berupa gangguan lapangan pandang yang bersifat fasial atau komplit.<br />5. Gangguan motorik : gerakan yang tidak terkordinasi.<br />6. Gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran atau hilangnya kesadaran (pingsan, koma).<br />7. Sakit kepala, gangguan keseimbangan.<br /><br /><br /><br /><br />1.1.6. Pemeriksaan penunjang<br />Menurut pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan masalah stroke meliputi sebagai berikut (Batticaca, 2008) :<br />a. Angiografi serebral<br />Membantu menentukan penyebab dari stroke secara specific seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformas vascular.<br />b. Lumbal fungsi<br />Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menujukan adanya hemoragi pada subraknoid atau perdarahan pada intra cranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likour merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likour masih normal (xantrkrom) sewaktu hari-hari pertama.<br />c. CT scan<br />Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hemtoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia, dan posisi secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan hiperdens fokal, kadang pemdatan terlihat di ventrikel, atau menyebar di permukaan otak.<br /><br />d. MRI<br />MRI (magneticimaging resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan di daerah yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.<br />e. USG Doppler<br />Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)<br />f. EEG<br />Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya implus listrik dalam jaringan otak.<br />g. Pemeriksaan laboratorium<br />1) Lumbal fungsi : pemeriksaan likour merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likour masih normal (xantokhrom) sewaktu hari pertama.<br />2) Pemeriksaan darah rutin.<br />3) Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia, gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur turun kembali.<br />4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.<br />1.1.7. Penatalaksanaan dan pencegahan<br />Untuk merawat pasien dengan keadaan akut perlu diperhatikan :<br />a. Menstabilkan tanda-tanda vital<br />1. Memperhatikan saluran yang adekuat<br />2. Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan termasuk usaha untuk memperbaiki hipertensi maupun hipotensi<br />b. Menetapkan posisi sebaiknya<br />Posisi pasien dibalikkan dan beri latihan gerak pasif setiap dua jam dalam beberapa hari untuk untuk melakukan gerakan pasif penuh dilakukan sebanyak 50 kali.<br />Dalam pencegahan penyakit stroke adalah :<br />1. Hipertensi adalah satu-satunya faktor risiko paling penting yang bisa dimodifikasi, lebih dari setengah stroke dapat dicegah dengan pengontrolan hipertensi.<br />2. Berhenti merokok dan mengurangi asupan alkohol dapat menurunkan risiko.<br />3. Penangan kolestrol menurunkan risiko, terutama menggunakan inhibitor reduktase (misalnya pravastatin).<br /><br /><br /><br /><br />1.1.8. Komplikasi Penyakit Stroke Non Hemoragik<br />Komplikasi stroke non hemoragik dapat beraasal dari kesukaran jaringan otak sendir dari akibat kematian dalam beberapa hari atau cacat fisik sekunder akibat kerusakan otak.<br />Menurut Brunner & suddarth (2006) komplikasi stroke di bagi menjadi 2 (dua) sebagai berikut :<br />a. Komplikasi neurology yang terbagi menjadi :<br />1) Cacat mata dan cacat telinga<br />2) Kelumpuhan<br />3) Lemah<br />b. Komplikasi non neurology yang terbagi menjadi :<br />1) Akibat neurology yang terbagi menjadi :<br />a) Tekanan darah sistemik meninggi<br />b) Reaksi hiperglikemi (kadar gula dalam darah tinggi)<br />c) Oedema paru<br />d) Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)<br />e) Sindroma inappropriate ante diuretic hormone (SIADH)<br />2) Akibat mobilisasi meliputi<br />Bronco pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu, kontraktor, deformitas, infeksi traktus urinarius, dekubitus dan atropi otot.<br /><br /><br />2.2. Konsep Proses Keperawatan<br />Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh seseorang pasien dlaam memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimingan, pengawasan, perlindungan.( Brunner & suddarth, 2002)<br /><br />2.2.1. Pengkajian<br />Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data, menganalisis data tersebut sehingga dapat diketahui masalah dan perawatan pasien. Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien (Arif Mutaqqin, 2008).<br />Pengkajian pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pennyakit psikososial.<br />1. Identitas klien<br />Melipti nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.<br />2. Keluhan utama<br />Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.<br />3. Data riwayat kesehatan<br />a. Riwayat kesehatan sekarang<br />Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.<br />b. Riwayat penyakit dahulu<br />Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.<br />c. Riwayat penyakit keluarga<br />Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.<br />4. Riwayat psikososial dan spiritual<br />Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.<br />5. Aktivitas sehari-hari<br />a. Nutrisi<br />Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien.<br />b. Minum<br />Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang mengandung alkohol.<br />c. Eliminasi<br />Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.<br />6. Pemeriksaan fisik<br />a. Kepela<br />Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.<br />b. Mata<br />Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).<br />c. Hidung<br />Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius (nervus I).<br />d. Mulut<br />Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya kesulitan dalam menelan.<br />e. Dada<br />- Inspeksi : Bentuk simetris<br />- Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.<br />- Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.<br />- Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II mur-mur atau gallop.<br />f. Abdomen<br />- Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.<br />- Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.<br />- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada<br />g. Ekstremitas <br />Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5<br />Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)<br />1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.<br />2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.<br />3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.<br />4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan pemeriksaan.<br />5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.<br />6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.<br /><br /><br /><br />2.2.2. Diagnosa Keperawatan<br />a. Aktual<br />Diagnosa keperawatan yan menejelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata saat ini sesuai dengan data klinis yang ditemukan misalnya : Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan kerusakan kontrol motorik dan postural.<br />b. Potensial<br />Diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata dan akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan.<br />Saat ini masalah belum ada tetapi etiologi belum ada misalnya : resiko penyelesaian infeksi berhubungan dengan status cairan.<br />c. Kemungkinan<br />Diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu data tambahan untuk memastikan pertambahan masalah. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah, misalnya : kemungkinan terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka di kulit.<br />Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemuiakan pada klien stroke non hemoragik adalah (arif mutakin, 2008) :<br />1. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya meningkatnya volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral.<br />2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.<br />3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurunn, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.<br />4. Hambatan mobiltas fisik yang berhubungan dengan hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.<br />5. Risiko tinggi terhadap terjadinya cedera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi rasa (panas, dingin).<br />6. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.<br />7. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL.<br />8. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubgungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.<br />9. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.<br />10. Takut yang berhubungan dengan parahnya kondisi.<br />11. Ganggua konsep diri citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan<br />persepsi.<br />12. Ketidakpatuhan terhadap regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurangnya informasi perubahan status kognitif.<br />13. Gangguan persepsi sensori yang berhunbungan dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan.<br />14. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan imobilisasi, asupan cairan yang tidak adekuat.<br />15. Gangguan eliminasi urine (Inkotinensia urine) yang berhubungan dengan lesi pada UMN.<br />16. Risiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstremitas.<br />17. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan perubahan status sosial, ekonomi, dan harapan hidup.<br />18. Kecemasan klien dan keluargayang berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak menentu.<br />2.2.3. Intervensi Keperawatan<br />Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis dan identifikasi masalah. Penetuan tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi mengatasi masalah tersebut.<br />Perencenaan keperawatan terdiri dari :<br />1. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan.<br />2. Menetukan sasaran dan tujuan.<br />3. Menetapkan kriteria evaluasi.<br />Beberapa syarat dan kriteria evaluasi adalah :<br />a. Spesifik dalam isi dan waktu. Isi menggambarkan apa yang dilakukan, dialami dan dipelajari. Isi dapat dimodifikasi sedangkan waktu akan mempermudah dan memberi batasan penampilan yang dicapai.<br />b. Dapat dicapai dalam menetukan tujuan dan kriteria evaluasi harus objektif dan realistik, maksudnya sesuatu yang dapat dicapai sesuai dengan kekuatan kelemahan yang ada.<br /><br />Menurut Arif Mutaqqin ( 2008 ) intervensi yang bisa dilakukan pada pasien stroke adalah :<br />1. Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.<br />Tujuan :<br />Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam perpusi jarinagn tercapai secara optimal.<br />kriteria hasil :<br />klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan kejang, GCS 4, 5, 6, pupil isokor, refleks cahaya (+) TTV normal.<br />Intervensi :<br />a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan akibatnaya.<br />Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.<br />b. Baringkan klie ( bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.<br />Rasional : monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.<br />c. Monitor tanda-tanda vital.<br />Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.<br />d. Bantu pasien untuk membtasi muntah, batuk,anjurkan klien menarik nafas apabila bergerak atau berbalik dari tempat tidur.<br />Rasional : aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial dan intraabdoment dan dapat melindungi diri diri dari valsava.<br />e. Ajarkan klien untuk mengindari batuk dan mengejan berlebihan.<br />Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrkranial dan poteensial terjadi perdarahan ulang.<br />f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.<br />Rasional : rangsangan aktivitas dapat meningktkan tekanan intracranial.<br />g. Kolaborasi : pemberian terapi sesuai intruksi dokter,seperti :steroid, aminofel, antibiotika.<br />Rasional : tujuan yang di berikan dengan tujuan: menurunkan premeabilitas kapiler,menurunkan edema serebri,menurunkan metabolic sel dan kejang.<br />2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.<br />Tujuan : stelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mamapu meningkatkan dan memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.<br />kriteria hasil : bunyi nafas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, trakeal tube bebas sumbatan, menunjukan batuk efektif, tidak ada penumpukan secret di jalan nafas.frekuensi pernafasan 16 -20x/menit.<br /><br />Intervensi :<br />a. Kaji keadaan jalan nafas,<br />Rasional : obstruksi munkin dapat di sebabkan oleh akumulasi secret.<br />b. Lakukan pengisapan lendir jika d perlukan.<br />Rasional : pengisapan lendir dapay memebebaskan jalan nafas dan tidak terus menerus di lakukan dan durasinya dapat di kurangi untuk mencegah hipoksia.<br />c. Ajarkan klien batuk efektif.<br />Rasional : batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas.<br />d. Lakuakn postural drainage perkusi/penepukan.<br />Rasional : mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret.<br />e. Kolaborasi : pemberian oksigen 100%.<br />Rasional : denagn pemberiaan oksigen dapat membantu pernafasan dan membuat hiperpentilasi mencegah terjadinya atelaktasisi dan mengurangi terjadinya hipoksia.<br />3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas<br />Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawtan selama 2 x 24 jam mobilitas fisik teratasi.<br />Criteria hasil : klien dapat mempertahan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.<br />Intervensi :<br />a. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan melalui skala 0-4.<br />Rasional : untuk mengidentifikasikan kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.<br />b. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan bisa lebih sering.<br />Rasional : menurunkan terjadinya terauma atau iskemia jaringan.<br />c. Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua ekstremitas.<br />Rasional ; meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya kontraktur.<br />d. Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seoerti meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.<br />Rasional : membantu melatih kembali jaras saraf,meningkatkan respon proprioseptik dan motorik.<br />e. Konsultasi dengan ahli fisiotrapi.<br />Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan untuk menemukan kebutuhan klien.<br />4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.<br />Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24jamklien mampu memperthankan keutuhan kulit.<br />Kriteria hasil : klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui cara dan penyebab luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka<br />Intervensi :<br />a. Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika munkin.<br />Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua daerah.<br />b. Ubah posisi setiap 2 jam.<br />Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.<br />c. Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang menonjol.<br />Rasional : mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang menonjol.<br />d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisis.<br />Rasional : mengindari kerusakan kapiler.<br />e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.<br />Rasional : hangan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan jaringan.<br />f. jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin terauma,panas terhadap kulit.<br />Rasional : untuk mempertahankan ke utuhan kulit<br /><br /><br />5. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.<br />Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam terjadi prilaku peningkatan perawatan diri.<br />Kriteria hasil : klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat membantu.<br />Intervensi :<br />a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk melakukan ADL.<br />Rasional : membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individu.<br />b. Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.<br />Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.<br />c. Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.<br />Rasional : klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klie untuk terus mencoba.<br />d. Rencankan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.<br />Rasional : klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat kelaurmasuk orang ke ruangan.<br />6. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat.<br />Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam gangguan eliminasi fecal ( konstipasi) tidak terjadi lagi.<br />Kriteria hasil : klien BAB lancer,konsistensi feces encer, Tidak terjadi konstipasi lagi.<br />Intervensi :<br />a. Kaji pola eliminasi BAB<br />Rasional : untuk mengetahui frekuensi BAB klien, mengidentifikasi masalah BAB pada klien .<br />b. Anjurkan untuk mengosumsi buah dan sayur kaya serat.<br />Rasional : untuk mempelancar BAB.<br />c. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18 gelas/hari, untuk mengencerkan feces dan mempermudah pengeluaran feces.<br />d. Berikan latihan ROM pasif, <br />Rasional : untuk meningkatkan defikasi.<br />e. Kolaborasi pemberian obat pencahar.<br />Rasional : untuk membantu pelunakkan dan pengeluaran feces<br />7. Gangguan eliminasi urin ( inkontinensia urin) berhubungan dengan lesi pada UMN.<br />Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, selama 3x24 jam.<br />kriteria hasil : gangguan eliminasi urin tidak terjadi lagi, pola eliminasi BAK normal.<br />Intervensi :<br />a. Kaji pola eliminasi urin.<br />Untuk mengetahui masalah dalm pola berkemih.<br />b. Kaji multifaktoral yang menyebabkan inkontensia.<br />Rasional : untuk menentukan tindakan yang akan di lakukan.<br />c. Membatasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur.<br />Rasional : untuk mengatur supaya tidak terjadi kepenuhan pada kandung kemih.<br />d. Batasi intake makanan yang menyebabkan iritasi kandung kemih.<br />Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi pada kandung kemih.<br />e. Kaji kemampuan berkemih.<br />Rasonal : untuk menentukan piñata laksanaan tindak lanjut jika klien tidak bisa berkemih.<br />f. Modifikasi pakaian dan lingkungan.<br />Rasional : untuk mempermudah kebutuhan eliminasi.<br />g. Kolaborasi pemasangaan kateter.<br />Rasional : mempermudah klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi urin.<br /><br />2.2.4. Implementasi Keperawatan<br />Implementasi Kepeawatan adalah Pengolahan dan perwujutan dari recana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.<br />Yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu :<br />1. Tepat waktu.<br />2. Pelaksaan tindakan keperawatan sesuai dengan program terapi.<br />3. Dalam pelaksanaan tindakan privasi pasien harus dijaga.<br /><br /><br /><br />2.2.5. Evaluasi Kerawatan<br />Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.<br />Evaluasi atau penilaian dapat dibagi menjaji dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah yang dilakukan setiap kali melakukan tindakan keperawatan sedangkan Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua tindakan yang dilakukan dengan membandingkan kreteria hasil yang telah ditetapkan dengan respon atau tanda dan gejala yang ditunjukkan pasien.<br />Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :<br />1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.<br />2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.<br />3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.<br /><br /><br />2.3. Konsep Teori Inkontinensia Urine<br />2.3.1. Pengertian Inkontinensia Urine<br />Inkontinensia Urine adalah pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol dan menetesnya urin dari uretra dengan keadaan kandung kemih yang penuh. (Saryono, 2010)<br />Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekstensi urine. (Tarwoto Wartonah, 2006)<br />Inkontinensia urine adalah kehilangan urine yang tidak disadari, tidak diduga, atau kontinu ; tipe ini terkait dengan penyakit atau kondisi persyarafan ; defisit anatomis seperti fistula atau kerusakan jaringan akibat pembedahan, trauma, atau radiasi. (Susan Martin Tucker : EGC, 2008)<br />2.3.2. Etiologi Inkontinensia urine<br />Menurut Saryono dan Anggriyana Tri Widiarti (2010) penyebab dari Inkontinensia urine adalah ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spinkter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine. Ada 5 tipe inkontinensia urine (Saryono dan Anggriyani Tri Widiarti, 2010), yaitu :<br /><br /><br />a. Fungsional<br />Ketidakmampuan memprediksi keluarnya urine, disebabkan oleh gangguan fisik dan mental atau faktor lingkungan.<br />b. Refleks<br />Urine yang mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kencing akibat otot detrusor yang lemah sehingga tidak dapat merasakan kandung kemih penuh.<br />c. Stress<br />Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada saat tekanan abdomen meningkat.<br />d. Urge<br />Urge timbul karena keadaan otot detrusor yang tidak stabil.<br />e. Total<br />Keluarnya urine yang tidal dapat diprediksi, disebabkan oleh injury spinkter pada laki-laki dan injury otot parineal pada wanita atau adanya kerusakan neurologis.<br /><br /><br /><br /><br />2.3.3 <br />Faktor-faktor risiko stroke<br />Patofisiologi<br />Disfungsi kandung kemih saluran pencernaan<br />Defisit neurologis<br />Katup jantung rusak,miokard infark, fibrilasi, endokarditis<br />Penyumbatan pembuluh darah otakoleh bekuan darah, lemak, dan udara<br />Emboli serebral<br />Stroke<br />(Cerebro vascular accident)<br />Gangguan Eliminasi urin dan alvi<br /><br /><br /><br />2.3.4 Penatalaksanaan<br />Penanganan inkontinensia urine tergantung factor penyebab yang mendasarinya, namun demikian sebelum terapi yang tepat dimulai, munculnya masalah ini harus di identifikasi terlebih dahulu.<br />Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut usia dengan incontinensia urine adalah memasang kateter secara menetap. Untuk beberapa pertimbangan, misalnya memantau produksi urine dan mengatur balance cairan hal ini masih dapat diterima, tetapi sering kali pemasangan kateter ini tidak jelas dan mengandung resiko untuk terjadinya komplikasi umumnya adalah infeksi.<br /><br />Ada 3 macam katerisasi pada inkontinensia urine :<br />1. katerisasi luar<br />terutama pada pria yang memakai system kateter kondom. Efek samping yang utama adalah iritasi pada kulit dan sering lepas.<br />2. katerisasi intermiten<br />katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada wanita lanjut usia yang menderita inkontinensia urine. Frekuensi pemasangan 2-4x sehari dengan sangat memperhatikan sterilisasi dan tehnik prosedurnya.<br />3. Katerisasi secara menetap<br />Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar dibatasi pada indikasi yang tepat. Misalnya untuk ulkus dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena ada inkontinensia urine ini. Komplikasi dari katerisasi secara terus-menerus ini disamping infeksi. Juga menyebabkan batu kandung kemih, abses ginjal dan bahkan proses keganasan dari saluran kemih.<br />Memang lebih rumit dan membutuhkan biaya serta tenaga untuk memakai pembalut-pembalut serta alas tempat tidur dengan bahan yang baik daya serapnya, dan secara teratur memprogram penderita untuk berkemih.Tetapi untuk jangka panjang, dapat diharapkan resiko morbiditas yang menurun, dengan begitu juga berpengaruh pada penurunan biaya perawatan.<br />Pengelolaan inkontinensia urine pad apenderita usia lanjut, secara garis besar dapat dikerjakan sebagai berikut :<br />1. Program rehabilitasi<br />a. Melatih respon kandung kemihagar baik lagi<br />b. Melatih perilaku berkemih<br />c. Latihan otot-otot dasar panggul<br />d. Modifikasi tempat untuk berkemih<br />2. Katerisasi baik secara berkala atau menetap<br />3. Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, osterogen<br />4. Pembedahan, misalnya untuk mengangkat penyebab sumbatan atau keadaan patologi lain.<br />5. Lain-lain, misalkan penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia<br />(sumber : Nanda, 2005-2006 )Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-44306887011567995112013-03-28T10:54:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.717-07:00askep epilepsi<b>askep epilepsi</b> - <i>Definisi Epilepsi</i><br /><u>Epilepsi</u> merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang- ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988).<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Epilepsi adalah</a> penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007).<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi.html" target="_blank">Epilepsi adalah gangguan</a> kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000).<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi-kambuh.html" target="_blank">Epilepsi adalah sindroma</a> otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.<br />2.2. Etiologi<br />Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik), sering terjadi pada:<br />1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum<br />2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf<br />3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol<br />4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)<br />5. Tumor Otak<br />6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007).<br />Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote simtomatik epilepsi (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang buruk.<br />Dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut:<br />Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.<br />Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni pada bulan pertama dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya gangguan pada ibu hamil muda seperti infeksi, demam tinggi, kurang gizi (malnutrisi) yang bisa menimbulkan bekas berupa kerentanan untuk terjadinya kejang. Proses persalinan yang sulit, persalinan kurang bulan atau telat bulan (serotinus) mengakibatkan otak janin sempat mengalami kekurangan zat asam dan ini berpotensi menjadi ”embrio” epilepsi. Bahkan bayi yang tidak segera menangis saat lahir atau adanya gangguan pada otak seperti infeksi/radang otak dan selaput otak, cedera karena benturan fisik/trauma serta adanya tumor otak atau kelainan pembuluh darah otak juga memberikan kontribusi terjadinya epilepsi.<br />Tabel 01. Penyebab- penyebab kejang pada epilepsi<br />Bayi (0- 2 th)<br />Hipoksia dan iskemia paranatal<br />Cedera lahir intrakranial<br />Infeksi akut<br />Gangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesmia, defisiensi piridoksin)<br />Malformasi kongenital<br />Gangguan genetic<br />Anak (2- 12 th) Idiopatik<br />Infeksi akut<br />Trauma<br />Kejang demam<br />Remaja (12- 18 th) Idiopatik<br />Trauma<br />Gejala putus obat dan alcohol<br />Malformasi anteriovena<br />Dewasa Muda (18- 35 th) Trauma<br />Alkoholisme<br />Tumor otak<br />Dewasa lanjut (> 35) Tumor otak<br />Penyakit serebrovaskular<br />Gangguan metabolik (uremia, gagal hepatik, dll )<br />Alkoholisme<br />2.3. Patofisiologi<br />Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.<br />Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya influx natrium ke intraseluler. Jika natrium yang seharusnya banyak di luar membrane sel itu masuk ke dalam membran sel sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.<br />Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat membran sel, sel fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :<br />1) Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.<br />2) Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara berlebihan.<br />3) Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-aminobutirat (GABA).<br />4) Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.<br />Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin mengalami deplesi (proses berkurangnya cairan atau darah dalam tubuh terutama karena pendarahan; kondisi yang diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh berlebihan) selama aktivitas kejang.<br />Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti histopatologik menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan struktural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. Fokus kejang tampaknya sangat peka terhadap asetikolin, suatu neurotransmitter fasilitatorik, fokus-fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan asetilkolin.<br />Gambar 2: bagian- bagian neuron<br />2.4. Klasifikasi Kejang<br />2.4.1. Berdasarkan penyebabnya<br />a. epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya<br />b. epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya<br />2.4.2. Berdasarkan letak focus epilepsi atau tipe bangkitan<br />a. Epilepsi partial (lokal, fokal)<br />1) Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap normal<br />Dengan gejala motorik<br /> Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja<br /> Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.<br /> Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tuibuh.<br /> Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu<br /> Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu<br />Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo).<br /> Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.<br /> Visual : terlihat cahaya<br /> Auditoris : terdengar sesuatu<br /> Olfaktoris : terhidu sesuatu<br /> Gustatoris : terkecap sesuatu<br /> Disertai vertigo<br />Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil).<br />Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)<br /> Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimat.<br /> Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasa seperti melihatnya lagi.<br /> Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.<br /> Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.<br /> Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.<br /> Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu, dll.<br />2) Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang disertai gangguan kesadaran.<br />Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun.<br /> Dengan gejala parsial sederhana A1-A4. Gejala-gejala seperti pada golongan A1-A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran.<br /> Dengan automatisme. Yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah, menelan, raut muka berubah seringkali seperti ketakutan, menata sesuatu, memegang kancing baju, berjalan, mengembara tak menentu, dll.<br />Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak permulaan kesadaran.<br /> Hanya dengan penurunan kesadaran<br /> Dengan automatisme<br />3) Epilepsi Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik).<br />Epilepsi parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum.<br />Epilepsi parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum.<br />Epilepsi parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.<br />b. Epilepsi umum<br />1) Petit mal/ Lena (absence)<br />Lena khas (tipical absence)<br />Pada epilepsi ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya epilepsi ini berlangsung selama ¼ – ½ menit dan biasanya dijumpai pada anak.<br /> Hanya penurunan kesadaran<br /> Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonis ringan, biasanya dijumpai pada kelopak mata atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya bilateral.<br /> Dengan komponen atonik. Pada epilepsi ini dijumpai otot-otot leher, lengan, tangan, tubuh mendadak melemas sehingga tampak mengulai.<br /> Dengan komponen klonik. Pada epilepsi ini, dijumpai otot-otot ekstremitas, leher atau punggung mendadak mengejang, kepala, badan menjadi melengkung ke belakang, lengan dapat mengetul atau mengedang.<br /> Dengan automatisme<br /> Dengan komponen autonom.<br />Lena tak khas (atipical absence)<br />Dapat disertai:<br /> Gangguan tonus yang lebih jelas.<br /> Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.<br />2) Grand Mal<br />Mioklonik<br />Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.<br />Klonik<br />Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.<br />Tonik<br />Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak.<br />Tonik- klonik<br />Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.<br />Atonik<br />Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada anak.<br />c. Epilepsi tak tergolongkan<br />Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang mendadak berhenti sederhana.<br />2.5. Manifestasi Klinis dan Perilaku<br />a) Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan<br />b) Kelainan gambaran EEG<br />c) Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen<br />d) Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)<br />e) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar<br />f) Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat<br />g) Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak normal seperti pada keadaan normal<br />h) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat<br />i) Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara tiba- tiba<br />j) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang- menendang<br />k) Gigi geliginya terkancing<br />l) Hitam bola matanya berputar- putar<br />m) Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil<br />Gambar1: Kejang epilepsi<br />Di saat serangan, penyandang epilepsi tidak dapat bicara secara tiba-tiba. Kesadaran menghilang dan tidak mampu bereaksi terhadap rangsangan. Tidak ada respon terhadap rangsangan baik rangsang pendengaran, penglihatan, maupun rangsang nyeri. Badan tertarik ke segala penjuru. Kedua lengan dan tangannya kejang, sementara tungkainya menendang-nendang. Gigi geliginya terkancing. Hitam bola mata berputar-putar. Dari liang mulut keluar busa. Napasnya sesak dan jantung berdebar. Raut mukanya pucat dan badannya berlumuran keringat. Terkadang diikuti dengan buang air kecil. Manifestasi tersebut dimungkinkan karena terdapat sekelompok sel-sel otak yang secara spontan, di luar kehendak, tiba-tiba melepaskan muatan listrik. Zainal Muttaqien (2001) mengatakan keadaan tersebut bisa dikarenakan oleh adanya perubahan, baik perubahan anatomis maupun perubahan biokimiawi pada sel-sel di otak sendiri atau pada lingkungan sekitar otak. Terjadinya perubahan ini dapat diakibatkan antara lain oleh trauma fisik, benturan, memar pada otak, berkurangnya aliran darah atau zat asam akibat penyempitan pembuluh darah atau adanya pendesakan/rangsangan oleh tumor. Perubahan yang dialami oleh sekelompok sel-sel otak yang nantinya menjadi biang keladi terjadinya epilepsi diakibatkan oleh berbagai faktor.<br />2.6. Pemeriksaan Diagnostik<br />a) CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas<br />b) Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan<br />c) Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.<br /> mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah<br /> menilai fungsi hati dan ginjal<br /> menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya infeksi).<br /> Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak<br />2.7. Penatalaksanaan<br />Manajemen Epilepsi :<br />a) Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsi<br />b) Melakukan terapi simtomatik<br />c) Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran pengobatan yang dicapai, yakni:<br />- Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.<br />- Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal.<br />- Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.<br />Penatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika penyebabnya adalah akibat gangguan metabolisme (hipoglikemia, hipokalsemia), perbaikan gangguan metabolism ini biasanya akan ikut menghilangkan serangan itu.<br />Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah serangan. Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin (difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik. Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut di atas.<br />Cara menanggulangi kejang epilepsi :<br />1. Selama Kejang<br />a) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu<br />b) Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan<br />c) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.<br />d) Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.<br />e) Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan pernapasannya.<br />f) Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa disebut “aura”. Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung, melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur.<br />g) Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.<br />2. Setelah Kejang<br />a) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.<br />b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas paten.<br />c) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal<br />d) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang<br />e) Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan<br />f) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.<br />g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembut<br />h) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.<br />Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi.<br />2.8. Pencegahan<br />Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi (konvulsi: spasma atau kekejangan kontraksi otot yang keras dan terlalu banyak, disebabkan oleh proses pada system saraf pusat, yang menimbulkan pula kekejangan pada bagian tubuh) yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.<br />Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.<br />2.9. Pengobatan<br />Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.<br />Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.<br />Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.<br />Pada epilepsi umum sekunder, obat-obat yang menjadi lini pertama pengobatan adalah karbamazepin dan fenitoin. Gabapentin, lamotrigine, fenobarbital, primidone, tiagabine, topiramate, dan asam valproat digunakan sebagai pengobatan lini kedua. Terapi dimulai dengan obat anti epilepsi garis pertama. Bila plasma konsentrasi obat di ambang atas tingkat terapeutis namun penderita masih kejang dan AED tak ada efek samping, maka dosis harus ditingkatkan. Bila perlu diberikan gabungan dari 2 atau lebih AED, bila tak mempan diberikan AED tingkat kedua sebagai add on.11<br />Fenitoin (PHT)<br />Fenitoin dapat mengurangi masuknya Na ke dalam neuron yang terangsang dan mengurangi amplitudo dan kenaikan maksimal dari aksi potensial saluran Na peka voltase fenitoin dapat merintangi masuknya Ca ke dalam neuron pada pelepasan neurotransmitter.11<br />Karbamazepin (CBZ)<br />Karbamazepin dapat menghambat saluran Na . Karbamazepin dapat memperpanjang inaktivasi saluran Na .juga menghambat masuknya Ca ke dalam membran sinaptik.11<br />Fenobarbital (PB)<br />Fenobarbital adalah obat yang digunakan secara luas sebagai hipnotik, sedatif dan anastetik. Fenobarbital bekerja memperkuat hambatan GABAergik dengan cara mengikat ke sisi kompleks saluran reseptor Cl- pada GABAA. Pada tingkat selular, fenobarbital memperpanjang potensial penghambat postsinaptik, bukan penambahan amplitudonya. Fenobarbital menambah waktu buka jalur Cl- dan menambah lamanya letupan saluran Cl- yang dipacu oleh GABA. Seperti fenitoin dan karbamazepin, fenobarbital dapat memblokade aksi potensial yang diatur oleh Na . Fenobarbital mengurangi pelepasan transmitter dari terminal saraf dengan cara memblokade saluran Ca peka voltase.11<br />Asam valproat (VPA)<br />VPA menambah aktivitas GABA di otak dengan cara menghambat GABA-transaminase dan suksinik semialdehide dehidrogenase, enzim pertama dan kedua pada jalur degradasi, dan aldehide reduktase.<br />VPA bekerja pada saluran Na peka voltase, dan menghambat letupan frekuensi tinggi dari neuron.<br />VPA memblokade rangsangan frekuensi rendah 3Hz dari neuron thalamus.11<br />Gabapentin (GBP)<br />Cara kerja: mengikat pada reseptor spesifik di otak, menghambat saluran Na peka voltase, dapat menambah pelepasan GABA.11<br />Lamotrigin (LTG)<br />Cara kerja: Menghambat saluran Na peka voltase.11<br />Topiramate (TPM)<br />Cara kerja: Menghambat saluran Na , menambah kerja hambat dari GABA.11<br />Tiagabine (TGB)<br />Cara kerja: menghambat kerja GABA dengan cara memblokir uptake-nya.<br />Selain pemilihan dan penggunaan optimal dari AED, harus diingat akan efek jangka panjang dari terapi farmakologik. Karbamazepin, fenobarbital, fenitoin, primidone, dan asam valproat dapat menyebabkan osteopenia, osteomalasia, dan fraktur. Fenobarbital dan primidone dapat menyebabkan gangguan jaringan ikat, mis frozen shoulder da kontraktur Dupuytren. Fenitoin dapat menyebabkan neuropati perifer. Asam valproat dapat menyebabkan polikistik ovari dan hiperandrogenisme.<br />2.10. Prognosis<br />Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis epilepsi faktor penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis epilepsi cukup menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50 % pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik yang bersifat kejang umum maupun serangan lena atau melamun atau absence mempunyai prognosis terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang disertai kelainan neurologik dan atau retardasi mental mempunyai prognosis relatif jelek.<br />BAB III<br />ASUHAN KEPERAWATAN<br />3.1. Pengkajian<br />a) Biodata : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan penanggungjawabnya.<br />Usia: Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur<br />Pekerjaan: Seseorang dengan pekerjaan yang sering kali menimbulkan stress dapat memicu terjadinya epilepsi.<br />Kebiasaan yang mempengaruhi: peminum alcohol (alcoholic)<br />b) Keluhan utama: Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bicara.<br />c) Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.<br />d) Riwayat penyakit dahulu:<br /> Trauma lahir, Asphyxia neonatorum<br /> Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf<br /> Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)<br /> Tumor Otak<br /> Kelainan pembuluh darah<br /> demam,<br /> stroke<br /> gangguan tidur<br /> penggunaan obat<br /> hiperventilasi<br /> stress emosional<br />e) Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan penyakit ayan merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat dugaan terdapat 4-8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.<br />f) Riwayat psikososial<br /> Intrapersonal : klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang diderita.<br /> Interpersonal : gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau “ayan” yang lebih umum di masyarakat).<br />g) Pemeriksaan fisik (ROS)<br />1) B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea, aspirasi<br />2) B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis<br />3) B3 (brain): penurunan kesadaran<br />4) B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine<br />5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi<br />6) B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan anggota tubuh, mengeluh meriang<br />h) Analisis Data<br />Data Etiologi Masalah Keperawatan<br />DS:<br />DO: pasien kejang (kaki menendang- nendang, ekstrimitas atas fleksi), gigi geligi terkunci, lidah menjulur perubahan aktivitas listrik di otak<br />Keseimbangan terganggu<br />gerakan tidak terkontrol Resiko cedera<br />DS: sesak,<br />DO:apnea, cianosis gangguan nervus V, IX, X<br />lidah melemah<br />menutup saluran trakea<br />Adanya obstruksi Bersihan jalan napas tidak efektif<br />DS: terjadi aura (mendengar bunyi yang melengking di telinga, bau- bauan, melihat sesuatu), halusinasi, perasaan bingung, melayang2.<br />DO: penurunan respon terhadap stimulus, terjadi salah persepsi Terjadi depolarisasi berlebih<br />Bangkitan listrik di bagian otak serebrum<br />Menyebar ke nervus- nervus<br />Mempengaruhi aktivitas organ sensori persepsi Gangguan persepsi sensori<br />DS: klien terlihat rendah diri saat berinteraksi dengan orang lain<br />DO:menarik diri Stigma masyarakat yang buruk tentang penyakit epilepsi atau “ayan”<br />Klien merasa rendah diri<br />Menarik diri Isolasi sosial<br />DS: klien terlihat cemas, gelisah.<br />DO: takikardi, frekuensi napas cepat atau tidak teratur Terjadi kejang epilepsi<br />Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit<br />Bingung Ansietas<br />DS: pasien mengeluh sesak<br />DO: RR meningkat dan tidak teratur, Terjadi bangkitan listrik di otak<br />Menyebar ke daerah medula oblongata<br />Mengganggu pusat respiratori<br />Mempengaruhi pola napas Ketidakefektifan pola napas<br />DS: klien merasa lemas, klien mengeluh cepat lelah saat melakukan aktivitas<br />DO:takikardi, takipnea, terjadi bangkitan listrik di otak<br />menyebar ke MO<br />mengganggu pusat kardiovaskular<br />takikardia<br />CO menurun<br />Suplai darah (O2) ke jaringan menurun<br />metabolisme aerob menjadi anaerob<br />ATP dari 38 menjadi 2<br />kelelahan<br />intoleransi aktifitas Intoleransi aktivitas<br />DS: pasien menunjukkan kelelahan, diam, tidak banyak bergerak<br />DO: penurunan kesadaran, penurunan kemampuan persepsi sensori, tidak ada reflek CO menurun<br />Suplai darah ke otak berkurang<br />Iskemia jaringan serebral (O2 tidak adekuat) Resiko penurunan perfusi serebral<br />3.2. Diagnosa Keperawatan<br />1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).<br />2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva<br />3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsi dalam masyarakat<br />4) Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea<br />5) Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiac output, takikardia<br />6) Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pada nervus organ sensori persepsi<br />7) Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai penyakit<br />Resiko penurunan perfusi serebral b.d penurunan suplai oksigen ke otak<br />3.3. Intervensi dan rasional<br />1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).<br />Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapat meminimalkan/menghindarinya, menciptakan keadaan yang aman untuk klien, menghindari adanya cedera fisik, menghindari jatuh<br />Kriteria hasil : tidak terjadi cedera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar, tidak jatuh<br />Intervensi Rasional<br />Observasi:<br />Identivikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cedera<br />Barang- barang di sekitar pasien dapat membahayakan saat terjadi kejang<br />Pantau status neurologis setiap 8 jam Mengidentifikasi perkembangan atau penyimpangan hasil yang diharapkan<br />Mandiri<br />Jauhkan benda- benda yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada pasien saat terjadi kejang<br />Mengurangi terjadinya cedera seperti akibat aktivitas kejang yang tidak terkontrol<br />Pasang penghalang tempat tidur pasien Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah cidera atau jatuh<br />Letakkan pasien di tempat yang rendah dan datar Area yang rendah dan datar dapat mencegah terjadinya cedera pada pasien<br />Tinggal bersama pasien dalam waktu beberapa lama setelah kejang Memberi penjagaan untuk keamanan pasien untuk kemungkinan terjadi kejang kembali<br />Menyiapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya lidah saat terjadi kejang Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena menjulur keluar<br />Tanyakan pasien bila ada perasaan yang tidak biasa yang dialami beberapa saat sebelum kejang Untuk mengidentifikasi manifestasi awal sebelum terjadinya kejang pada pasien<br />Kolaborasi:<br />Berikan obat anti konvulsan sesuai advice dokter<br />Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan, yang dapat mengurangi suplai oksigen ke otak<br />Edukasi:<br />Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, atau mengalami sesuatu yang tidak biasa sebagai permulaan terjadinya kejang.<br />Sebagai informasi pada perawat untuk segera melakukan tindakan sebelum terjadinya kejang berkelanjutan<br />Berikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien kejang Melibatkan keluarga untuk mengurangi resiko cedera<br />2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva<br />Tujuan : jalan nafas menjadi efektif<br />Kriteria hasil : nafas normal (16-20 kali/ menit), tidak terjadi aspirasi, tidak ada dispnea<br />Intervensi Rasional<br />Mandiri<br />Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.<br />Letakkan pasien dalam posisi miring, permukaan datar<br />Tanggalkan pakaian pada daerah leher / dada dan abdomen<br />Melakukan suction sesuai indikasi<br />Kolaborasi<br />Berikan oksigen sesuai program terapi<br />menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.<br />meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas<br />untuk memfasilitasi usaha bernafas / ekspansi dada<br />Mengeluarkan mukus yang berlebih, menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia.<br />Membantu memenuhi kebutuhan oksigen agar tetap adekuat, dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang.<br />3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsi dalam masyarakat<br />Tujuan: mengurangi rendah diri pasien<br />Kriteria hasil:<br />- adanya interaksi pasien dengan lingkungan sekitar<br />- menunjukkan adanya partisipasi pasien dalam lingkungan masyarakat<br />Intervensi Rasional<br />Observasi:<br />Identifikasi dengan pasien, factor- factor yang berpengaruh pada perasaan isolasi sosial pasien<br />Memberi informasi pada perawat tentang factor yang menyebabkan isolasi sosial pasien<br />Mandiri<br />Memberikan dukungan psikologis dan motivasi pada pasien<br />Dukungan psikologis dan motivasi dapat membuat pasien lebih percaya diri<br />Kolaborasi:<br />Kolaborasi dengan tim psikiater<br />Konseling dapat membantu mengatasi perasaan terhadap kesadaran diri sendiri.<br />Rujuk pasien/ orang terdekat pada kelompok penyokong, seperti yayasan epilepsi dan sebagainya. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi, dukungan ide-ide untuk mengatasi masalah dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman yang sama.<br />Edukasi:<br />Anjurkan keluarga untuk memberi motivasi kepada pasien<br />Keluarga sebagai orang terdekat pasien, sangat mempunyai pengaruh besar dalam keadaan psikologis pasien<br />Memberi informasi pada keluarga dan teman dekat pasien bahwa penyakit epilepsi tidak menular Menghilangkan stigma buruk terhadap penderita epilepsi (bahwa penyakit epilepsi dapat menular).<br />3.4. Evaluasi<br />1) Pasien tidak mengalami cedera, tidak jatuh, tidak ada memar<br />2) Tidak ada obstruksi lidah, pasien tidak mengalami apnea dan aspirasi<br />3) Pasien dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan sekitar, pasien tidak menarik diri (minder)<br />4) Pola napas normal, TTV dalam batas normal<br />5) Pasien toleran dengan aktifitasnya, pasien dapat melakukan aktifitas sehari- hari secara normal<br />6) Organ sensori dapat menerima stimulus dan menginterpretasikan dengan normal<br />7) Ansietas pasien dan keluarga berkurang, pasien tampak tenang<br />Status kesadaran pasien membaikAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-89567456443405075382013-03-28T10:43:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.726-07:00penyebab epilepsi pada bayi<b>penyebab epilepsi pada bayi</b> - <i>Epilepsi Pada Bayi, </i>Bayi & Balita <u>ciri epilepsi pada bayi</u>, <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">epilepsi, gangguan syaraf otak</a>, kelainan, penyakit<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi.html" target="_blank">Epilepsi</a> merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia termasuk anak-anak. Sindrom kelainan syaraf otak yang berupa epilepsi atau ayan ditandai dengan serangan kejang yang mendadak dan berulang-ulang. Gangguan ini terjadi pada bayi karena adanya gangguan pada syaraf-syaraf otak yang mengatur sistem pendengaran, penglihatan, gerak otot, pikiran dan sebagainya.<br /><br />Pada otak yang normal, semua kinerja dan aktifitas syaraf-syaraf otak berjalan selaras sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tetapi karena sebab tertentu kondisi tadi tidak berjalan normal pada bayi epilepsi dan terjadi kekacauan dalam sensor otak, sehingga muncul kejang-kejang.<br /><br />Di sisi lain, penyebab gangguan otak tadi berbeda-beda setiap individu tetapi pada bayi bisa jadi disebabkan karena cacat bawaan dalam struktur otak sejak mereka di dalam kandungan, atau mungkin menderita cedera kepala atau infeksi yang menyebabkan epilepsi.<br /><br />Untuk mendeteksi kemungkinan kelainan ini pada bayi, ada beberapa kondisi fisik yang menunjukkan ciri epilepsi, yaitu:<br /><br />Kejang otot. The University of Iowa Children’s Hospital bahwa kejang merupakan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gajala-campak-pada-bayi.html" target="_blank">gejala</a> umum pada semua bayi penderita epilepsi. Kejang otot terjadi dalam kurun waktu beberapa detik atau menit dan akan mereda.<br />Kehilangan kesadaran. Saat terjadi serangan, seringkali bayi kehilangan kesadarannya untuk sesaat, sehingga bayi tidak sensitif terhadap rangsangan bau, suara maupun sentuhan.<br />Bayi sering memukul-mukul atau meremas bibirnya.<br />Adanya ketidaknormalan pada gelombang otak bayi, untuk megetahuinya dokter melakukan tes menggunakan electroencephalogram (EEG). Tes ini memungkinkan dokter untuk merekam gelombang otak atau aliran listrik di otak bayi.<br />Kelainan pada struktur otak. Untuk mendeteksinya digunakan CT (computed tomography), PET (positron emission tomography) dan MRI (magnetic resonance imaging)Magnetic resonance imaging (MRi). Metode tadi dapat merekam aktifitas otak serta mendeteksi adanya tumor, kista, atau kelainan struktur lainnya pada otak.<br />Ada beberapa cara untuk mengobati epilepsi baik pada bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Metode yang dapat digunakan yaitu terapi obat, stimulasi syaraf, diet makanan, dan operasi . Obat yang umumnya digunakan dalam mengobati epilepsi adalah antiepileptic atau anticovulsant. Ada banyak jenis obat antiepileptic di pasaran yang digunakan berdasarkan jenis-jenis epilepsi, diantaranya iagabine, lamotrigin, gabapentin, topiramate, levetiracetam, dan felbamate. Cara kerja obat-obatan ini secara sederhananya adalah dengan merangsang neuron otak untuk menghambat aktifitas listrik, dan segera mencegah terjadinya kejang.<br /><br />Stimulasi syaraf dilakukan dengan cara menyalurkan aliran listrik pendek ke dalam otak melalui syaraf vagus di sekitar leher selama 30 detik sampai 3 menit. Metode ini hanya digunakan jika bayi epilepsi mengalami serangan yang tidak terkontrol dan sulit ditangani dengan obat-obatan. Diet makanan untuk anak epilepsi disebut dengan diat ketogenik, yaitu mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Sementara operasi dilakukan jika epilepsi tidak dapat ditangani dengan obat. Operasi bertujuan untuk mengetahui sumber syaraf penyebab kejang, mengangkat penyebab kejang atau memperbaiki kondisi syaraf yang terganggu.<br /><br />“70-80 epilepsi pada anak bisa sembuh dengan obat, cuma makan obatnya agak lama sedikit,” ujar Dr Hardiono D Pusponegoro, SpA(K) dari divisi saraf anak, Departemen Ilmu Penyakit Anak UI.<br /><br />Dr Hardiono menuturkan jika jarak epilepsi antara 2 kejang lebih dari 6 bulan maka belum perlu diberikan pengobatan, tapi jika jarak kejangnya berdekatan maka bisa diberikan obat. Monoterapi (penggunaan 1 obat lebih baik) dari politerapi.<br /><br />“Orang yang menerima monoterapi sekitar 70 persen bebas dari serangan atau tidak kejang, sedangkan 30 persennya memerlukan obat tambahan (politerapi). Namun untuk politerapi perbaikannya sekitar 40 persen jadi kesempatan sembuhnya lebih kecil,” ungkapnya.<br /><br />Pengobatan yang dilakukan ini untuk mencapai kualitas hidup yang optimal seperti mengurangi frekuensi atau menghentikan serangan, mencegah efek samping serta menurunkan angka kesakitan.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-48965266185423544272013-03-27T11:23:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.823-07:00patofisiologi stroke iskemik<b>patofisiologi stroke iskemik</b> - <i>Penjelasan Bagaimana Terjadinya Stroke Iskemik</i><br /><br /><u>askep stroke iskemik</u><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Patofisiologi Stroke Iskemik</a> – Terjadinya <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Stroke</a> Iskemik adalah karena stroke yang disebabkan oleh karena penyumbatan pembuluh darah ke otak, biasa disebabkan karena endapan lemak yang menumpuk karena seringnya makan makanan yang berlemak dan berkolesterol sehingga lemak menutup jalur pembuluh darah ke otak atau endapan lemak yang menumpuk lepas dari kawanannya dan mengalir ke pembuluh darah otak dan menyumbat saluran darah tersebut ke otak, sehingga sel otak tidak mendapatkan oksigen dan asupan yang cukup dan menyebabkan disfungsinya sebagian sel-sel otak yang mengakibatkan kelumpuhan.<br />Patofisiologi Stroke Iskemik – Saat sel-sel otak mati terjadi dalam kurun waktu yang cepat, dan bisa merembet dan kerusakannya sel-sel otak bisa meluas dan juga bisa membaik. Apabila kerusakannya meluas dapat mengakibatkan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Penderita stroke iskemik harus cepat dibawa ke rumah sakit untuk segera ditangani darurat medis dengan memberikan antikoagulan untuk menghancurkan pembekuan darah yang menyumbat pembuluh darah ke otak, waktu harus dibawah kurang lebih 3 jam.<br />Pada <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik.html" target="_blank">penderita stroke</a> iskemik yang terlambat ditangani janganlah berkecil hati karena harapan masih ada dengan melakukan terapi fisik dan melakukan askep stroke iskemik di rumah. Di Amerika kini Tahitian Noni digunakan untuk memulihkan kondisi pasien stroke iskemik karena menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, kandungan proxeronine dalam Tahitian Noni sangat membantu perbaikan sel-sel otak untuk dapat berfungsi lagi. Untuk lebih jelas mengenai Tahitian Noni silahkan klik <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Terapi Stroke Iskemik</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-26379472880806957732013-03-27T11:02:00.000-07:002013-07-25T11:15:23.920-07:00askep stroke hemoragik scribd<b>askep stroke hemoragik scribd</b> - Anda Mencari <i>artikel askep stroke hemoragik scribd</i>, Artikel <u>askep stroke hemoragik dari scribd</u> tentunya. Silahkan Download <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Post Kesehatan</a> <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-stroke-hemoragik.html" target="_blank">askep</a> <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">stroke</a> hemoragik scribd <a href="http://www.scribd.com/doc/76953373/ASKEP-Stroke-Hemoragik" target="_blank">KLIK DISINI</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-84191152832091161092013-03-27T10:58:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.017-07:00askep stroke hemoragik pdf<b>askep stroke hemoragik pdf</b>, Anda Mencari <i>artikel askep stroke hemoragik pdf</i>, Artikel YAng berformat <u>askep stroke hemoragik.pdf</u> tentunya Silahkan Download <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Post Kesehatan</a> askep <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">stroke</a> hemoragik <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-epilepsi-pdf.html" target="_blank">pdf</a> KLIK <a href="http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/asuhan-keperawatan-strore-hemoragik.pdf" target="_blank">DISINI</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com35tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-77660648711257196342013-03-26T11:16:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.117-07:00patofisiologi stroke hemoragik<b>patofisiologi stroke hemoragik</b> -<i>Artkel patofisiologi stroke hemoragik</i> - <u>Tentang patofisiologi stroke hemoragik</u><br />"Seperti dibahas sebelumnnya <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">stroke</a> <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-stroke-hemoragik.html" target="_blank">hemoragik</a> secara umum disebabkan olehperdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Faktor resiko yang palingpenting untuk terjadinya perdarahan intraserebral adalah usia dan hipertensi.Seiring dengan penuaan menyebabkan degenerasi pembuluh otak yang beresiko untuk ruptur. Gejala neurologik yang timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis. Proses resolusi hematoma terjadi dalam 4-8minggu dan akhirnya meninggalkan sisa berupa kavitas kista. Selain kerusakanparenkim otak, akibat volumeperdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan penurunan tekanan perfusi otakserta terganggunya drainase otak.Pada perdarahan subaraknoid, iritasi meningen oleh darah mengakibatkan nyerikepala mendadak yang sangat berat disertai fotofobia, mual, muntah dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig). Darah yang masuk ke ruangsubaraknoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absopsicairan otak.<br /><br />Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekananintrakranial dan gangguan kesadaran, edema papil dan perdarahan retina.Peningkatan tekanan intrakranial juga menyebabkan gejala sistemik sepertibradikardi dan hipertensi. Tanda neurologis fokal dapat terjadi akibat efek lokalisasipalsu dari peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan intraserebral yang terjadibersamaan, spasme pembuluh darah akibat efek iritasi darah bersamaan denganiskemia. Apabila terjadi kerusakan hipotalamus maka akan terjadi demam.Dalam 46jam, darah dan plasma yang mengelilingi otak menyebabkan gangguan sawardarah otak, edema vasogenik dan sitotoksik, kerusakan neuronal dan nekrosisjaringan."Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-39036290674118418892013-03-26T10:54:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.216-07:00askep stroke hemoragik<b>askep stroke hemoragik</b> - <br />BAB II<br />TINJAUAN TEORITIS<br /><br />2.1. Konsep Dasar Teori<br />2.1.1. Pengertian<br /><i>Stroke adalah</i> terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran darah keotak atau retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensoris dan motoris tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran. (Arif Mutaqqin, 2008)<br />Menurut Ramadhan (2009), <u>stroke</u> termasuk penyakit cerebrovaskular (pembuluh darah otak) dan ditandai oleh kematian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke dalam otak.<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke adalah</a> suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008)<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Stroke</a> (cedera serebrovaskuler [cerebrovasculer accident, CVA]) didefinisikan sebagai gangguan neurologis fokal yang tejadi mendadak akibat proses patofisiologi dalam pembuluh darah. (Valentina L. Brashers,2008)<br />2.1.2 Anatomi dan Fisiologi<br /><br />a. Bagian-bagian Otak<br />Otak merupakan organ yang paling mengaggumkan dari seluruh organ, kita mengetahui bahwa seluruh angan-angan dan keinginan dan nafsu perencanaaan dan memeori merupakan hasil dari aktivitas otak. Otak bersisi 10 miliar neuron yang nenjadi komplek secara kesatuan fungsional. Otak lebih komplek dari pada batang otak manusia kira – kira merupakan 2 % dari berat badan orang dewasa, otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% dari curah jantung, memerlukan 205 pemakaian oksigen tubuh, dan sekita 400 kilo kalori energi setiap hari.<br />Menurut mutaqin (2008) pada dasarnya otak mempunyai beberapa bagian, yaitu:<br />1. Serebrum<br />Serebrum merupakan merupakan bagian otak yang paling besar dan menonjol di sini terletak pusat – pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensori dan motorik, juga mengatur proses penalaran, memori dan intelgensi. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer sebelah kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan konsep fungsional ini di sebut pengendalian kontralateral.<br />1. Kortek serebri<br />Kortek serebri atau mantel abu-abu (gray metter) dari serebrum mempunyai banyak lipatan yang di sebut giri ( tunggal girus). Susunan seperti ini memunkinkan permukaan otak menjadi luas ( di perkirakan seluas 2200 cm2) yang terkandung dalam rongga tengkorak yang sempit. Kortek serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk mengindra lingkungan. Korteks serebri menentukan prilaku yang bertujuan dan beralasan.<br />2. Lobus frontal<br />Lobus frontal mencakup bagian dari korteks serebrum bagian depan yaitu dari sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar lateralis bagian ini memiliki area motorik dan pramotorik. Area broca terletak di lobus frontalis dan mengontraol aktivitas bicara. Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh bagian otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran rencana dan prilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk prilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang di hasilkan oleh system limbic dan refleks vegetatife dari batang otak.<br />3. Lobus parietalis<br />Merupakan lobus sensori yang berfungsi menginterprestasikan sensasi rangsangan yang datang atau mengatur individu mampu mengetahui posisi letak dan bagian tubuh. Untuk sensasi raba dan pendengaran. Lobus parietalis menyampaikan informasi ke banyak daerah lain di otak, termasuk area asosiasi motorik dan visual di sebelahnya.<br />4. Lobus oksipitalis<br />Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkan dari serebrum, lobus ini pusat asosiasi visual utama. Lobus ini menerima informasi dari retina mata. Menginterprestasikan pengelihatan membedakan warna dan sekaligus kordinasi gerakan dan keseimbangan.<br />5. Lobus temporalis<br />Memiliki fungsi menginterprestasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran, interprestasi bahasa dan penyimpanan memori.<br />6. Serebelum<br />Ada dua fungsi utam serebelum, yaitu :<br />a) Mengatur otot - otot postural tubuh<br />b) Melakukan program akan gerakan - gerakan pada keadaan sadar maupun bawah sadar.<br />Serebelum mengkordinasi penyesuaian secara tepat dan otomatis dengan menjaga keseimbangan tubuh. Serebelum merupakan pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta menguabh tonus otot dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh price,1995 dalam buku arif mutaqqin 2008.<br />7. Batang otak<br />Bagian-bagian batang otak dari atas sampai bawah yaitu pons dan medulla oblongata. Di seluluh batang otak terdapat jeras-jeras yang berjalan naik turun. batang otak merupakan pusat relasi dan refleks dari SSP.<br />8. Medulla oblongata<br />Medulla oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung vasik<br />onstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah. Semua jeras asendens dan desendens medulla spinalis terlihat di sini. Pada permukaan anterior terdapat pembesaran yang di sebut pyramid yang terutama mengandung serabut motorik volunteer.di bagian posterior medulla oblongata terdapat pula dua pembesaran yang di sebut fesikuli dari jeras asendens kolumna dorsalis, yaitu fesikuli grasilis dan fesikulus kutaenus, jeras -jeras ini mrngantarkan tekanan, proprioseptif otot-otot sadar, sensai getar dan diskriminasi dua titik.<br /><br /><br />1.1.3. Etiologi<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan-dan-penanganannya.html" target="_blank">Stroke dapat dibagi</a> menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik merupakan terjadinya perdarahan di otak yang meneurunkan aliran oksigen dan gula darah ke daerah tertentu sehingga sel-sel saraf akan mati dan area yang terkena akan terganggu fungsinya.<br />Stroke hemoragik dapat disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu, kejadiannya biasanya pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat saat beristirahat dan kesadaran pasien biasanya menurun, sedangkan stroke non hemoragik merupakan gangguan fungsi otak secara tiba-tiba. Stroke non hemoragik merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua.<br />Penyebab terjadinya stroke non hemoragik secara umum karena adanya gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi karena :<br />A. Trombosis serbral<br />Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami okulasi sehingga menyebabakan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.<br />Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan trombusi otak :<br />1. Ateroksklerosis<br />2. Hiporkoagulasi pada polisitemia<br />3. Arteritis (radang pada arteri)<br />4. Emboli<br />B. Hemoragi<br />Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahn ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.<br />C. Hipoksia umum<br />Bebrapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :<br />1. Hipertensi yang parah<br />2. Henti jantung paru<br />3. Curah jantung turun akibat aritmia<br />D. Hipoksi setempat<br />Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :<br />1. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid<br />2. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren<br />(Arif mutakin,2008).<br />Faktor - faktor resiko terjadinya stroke antara lain (Arif mutakin 2008) :<br />1. Hipertensi<br />2. Penyakit jantung<br />3. Kolestrol tinggi<br />4. Obesitas<br />5. Diabetes<br />6. Merokok<br />7. Penyalahgunaan obat<br />8. Konsumsi alkohol<br /><br />1.1.4. Patofisilogi<br />1. Stroke non hemoragik<br />Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. (Arif mutakin,2008).<br />2. Stroke hemoragik<br />Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. (Arif mutakin,2008)<br /><br /><br />1.1.5. Manifestasi klinis<br />Menurut Brunner & Suddarth (2006) manifestasi klinis yang timbul pada pasien stroke berdasarkan pembulu darah arteri yangg terkena antara lain :<br />Kontra lateral paralisis (kumpulan atau kehilangan daya untuk bergerak) atau parisese (kelumpuhan ringan),<br />1. Hilangnya sensorik dan motorik, paling nyata pada muka, leher dan ekstremitas atas.<br />2. Afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang trauma ekspresif.<br />3. Gangguan persepsi, termasuk perubahan tingkah laku.<br />4. Kontra lateral hemianova (hilangnya pengelihatan berupa gangguan lapangan pandang yang bersifat fasial atau komplit.<br />5. Gangguan motorik : gerakan yang tidak terkordinasi.<br />6. Gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran atau hilangnya kesadaran (pingsan, koma).<br />7. Sakit kepala, gangguan keseimbangan.<br /><br /><br /><br /><br />1.1.6. Pemeriksaan penunjang<br />Menurut pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan masalah stroke meliputi sebagai berikut (Batticaca, 2008) :<br />a. Angiografi serebral<br />Membantu menentukan penyebab dari stroke secara specific seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformas vascular.<br />b. Lumbal fungsi<br />Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menujukan adanya hemoragi pada subraknoid atau perdarahan pada intra cranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likour merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likour masih normal (xantrkrom) sewaktu hari-hari pertama.<br />c. CT scan<br />Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hemtoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia, dan posisi secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan hiperdens fokal, kadang pemdatan terlihat di ventrikel, atau menyebar di permukaan otak.<br /><br />d. MRI<br />MRI (magneticimaging resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan di daerah yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.<br />e. USG Doppler<br />Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)<br />f. EEG<br />Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya implus listrik dalam jaringan otak.<br />g. Pemeriksaan laboratorium<br />1) Lumbal fungsi : pemeriksaan likour merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likour masih normal (xantokhrom) sewaktu hari pertama.<br />2) Pemeriksaan darah rutin.<br />3) Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia, gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur turun kembali.<br />4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.<br />1.1.7. Penatalaksanaan dan pencegahan<br />Untuk merawat pasien dengan keadaan akut perlu diperhatikan :<br />a. Menstabilkan tanda-tanda vital<br />1. Memperhatikan saluran yang adekuat<br />2. Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan termasuk usaha untuk memperbaiki hipertensi maupun hipotensi<br />b. Menetapkan posisi sebaiknya<br />Posisi pasien dibalikkan dan beri latihan gerak pasif setiap dua jam dalam beberapa hari untuk untuk melakukan gerakan pasif penuh dilakukan sebanyak 50 kali.<br />Dalam pencegahan penyakit stroke adalah :<br />1. Hipertensi adalah satu-satunya faktor risiko paling penting yang bisa dimodifikasi, lebih dari setengah stroke dapat dicegah dengan pengontrolan hipertensi.<br />2. Berhenti merokok dan mengurangi asupan alkohol dapat menurunkan risiko.<br />3. Penangan kolestrol menurunkan risiko, terutama menggunakan inhibitor reduktase (misalnya pravastatin).<br /><br /><br /><br /><br />1.1.8. Komplikasi Penyakit Stroke Non Hemoragik<br />Komplikasi stroke non hemoragik dapat beraasal dari kesukaran jaringan otak sendir dari akibat kematian dalam beberapa hari atau cacat fisik sekunder akibat kerusakan otak.<br />Menurut Brunner & suddarth (2006) komplikasi stroke di bagi menjadi 2 (dua) sebagai berikut :<br />a. Komplikasi neurology yang terbagi menjadi :<br />1) Cacat mata dan cacat telinga<br />2) Kelumpuhan<br />3) Lemah<br />b. Komplikasi non neurology yang terbagi menjadi :<br />1) Akibat neurology yang terbagi menjadi :<br />a) Tekanan darah sistemik meninggi<br />b) Reaksi hiperglikemi (kadar gula dalam darah tinggi)<br />c) Oedema paru<br />d) Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)<br />e) Sindroma inappropriate ante diuretic hormone (SIADH)<br />2) Akibat mobilisasi meliputi<br />Bronco pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu, kontraktor, deformitas, infeksi traktus urinarius, dekubitus dan atropi otot.<br /><br /><br />2.2. Konsep Proses Keperawatan<br />Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh seseorang pasien dlaam memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimingan, pengawasan, perlindungan.( Brunner & suddarth, 2002)<br /><br />2.2.1. Pengkajian<br />Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data, menganalisis data tersebut sehingga dapat diketahui masalah dan perawatan pasien. Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien (Arif Mutaqqin, 2008).<br />Pengkajian pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pennyakit psikososial.<br />1. Identitas klien<br />Melipti nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.<br />2. Keluhan utama<br />Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.<br />3. Data riwayat kesehatan<br />a. Riwayat kesehatan sekarang<br />Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.<br />b. Riwayat penyakit dahulu<br />Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.<br />c. Riwayat penyakit keluarga<br />Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.<br />4. Riwayat psikososial dan spiritual<br />Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.<br />5. Aktivitas sehari-hari<br />a. Nutrisi<br />Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien.<br />b. Minum<br />Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang mengandung alkohol.<br />c. Eliminasi<br />Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.<br />6. Pemeriksaan fisik<br />a. Kepela<br />Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.<br />b. Mata<br />Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).<br />c. Hidung<br />Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius (nervus I).<br />d. Mulut<br />Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya kesulitan dalam menelan.<br />e. Dada<br />- Inspeksi : Bentuk simetris<br />- Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.<br />- Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.<br />- Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II mur-mur atau gallop.<br />f. Abdomen<br />- Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.<br />- Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.<br />- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada<br />g. Ekstremitas <br />Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5<br />Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)<br />1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.<br />2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.<br />3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.<br />4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan pemeriksaan.<br />5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.<br />6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.<br /><br /><br /><br />2.2.2. Diagnosa Keperawatan<br />a. Aktual<br />Diagnosa keperawatan yan menejelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata saat ini sesuai dengan data klinis yang ditemukan misalnya : Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan kerusakan kontrol motorik dan postural.<br />b. Potensial<br />Diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata dan akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan.<br />Saat ini masalah belum ada tetapi etiologi belum ada misalnya : resiko penyelesaian infeksi berhubungan dengan status cairan.<br />c. Kemungkinan<br />Diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu data tambahan untuk memastikan pertambahan masalah. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah, misalnya : kemungkinan terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka di kulit.<br />Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemuiakan pada klien stroke non hemoragik adalah (arif mutakin, 2008) :<br />1. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya meningkatnya volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral.<br />2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.<br />3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurunn, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.<br />4. Hambatan mobiltas fisik yang berhubungan dengan hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.<br />5. Risiko tinggi terhadap terjadinya cedera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi rasa (panas, dingin).<br />6. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.<br />7. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL.<br />8. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubgungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.<br />9. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.<br />10. Takut yang berhubungan dengan parahnya kondisi.<br />11. Ganggua konsep diri citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan<br />persepsi.<br />12. Ketidakpatuhan terhadap regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurangnya informasi perubahan status kognitif.<br />13. Gangguan persepsi sensori yang berhunbungan dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan.<br />14. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan imobilisasi, asupan cairan yang tidak adekuat.<br />15. Gangguan eliminasi urine (Inkotinensia urine) yang berhubungan dengan lesi pada UMN.<br />16. Risiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstremitas.<br />17. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan perubahan status sosial, ekonomi, dan harapan hidup.<br />18. Kecemasan klien dan keluargayang berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak menentu.<br />2.2.3. Intervensi Keperawatan<br />Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis dan identifikasi masalah. Penetuan tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi mengatasi masalah tersebut.<br />Perencenaan keperawatan terdiri dari :<br />1. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan.<br />2. Menetukan sasaran dan tujuan.<br />3. Menetapkan kriteria evaluasi.<br />Beberapa syarat dan kriteria evaluasi adalah :<br />a. Spesifik dalam isi dan waktu. Isi menggambarkan apa yang dilakukan, dialami dan dipelajari. Isi dapat dimodifikasi sedangkan waktu akan mempermudah dan memberi batasan penampilan yang dicapai.<br />b. Dapat dicapai dalam menetukan tujuan dan kriteria evaluasi harus objektif dan realistik, maksudnya sesuatu yang dapat dicapai sesuai dengan kekuatan kelemahan yang ada.<br /><br />Menurut Arif Mutaqqin ( 2008 ) intervensi yang bisa dilakukan pada pasien stroke adalah :<br />1. Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.<br />Tujuan :<br />Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam perpusi jarinagn tercapai secara optimal.<br />kriteria hasil :<br />klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan kejang, GCS 4, 5, 6, pupil isokor, refleks cahaya (+) TTV normal.<br />Intervensi :<br />a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan akibatnaya.<br />Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.<br />b. Baringkan klie ( bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.<br />Rasional : monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.<br />c. Monitor tanda-tanda vital.<br />Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.<br />d. Bantu pasien untuk membtasi muntah, batuk,anjurkan klien menarik nafas apabila bergerak atau berbalik dari tempat tidur.<br />Rasional : aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial dan intraabdoment dan dapat melindungi diri diri dari valsava.<br />e. Ajarkan klien untuk mengindari batuk dan mengejan berlebihan.<br />Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrkranial dan poteensial terjadi perdarahan ulang.<br />f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.<br />Rasional : rangsangan aktivitas dapat meningktkan tekanan intracranial.<br />g. Kolaborasi : pemberian terapi sesuai intruksi dokter,seperti :steroid, aminofel, antibiotika.<br />Rasional : tujuan yang di berikan dengan tujuan: menurunkan premeabilitas kapiler,menurunkan edema serebri,menurunkan metabolic sel dan kejang.<br />2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.<br />Tujuan : stelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mamapu meningkatkan dan memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.<br />kriteria hasil : bunyi nafas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, trakeal tube bebas sumbatan, menunjukan batuk efektif, tidak ada penumpukan secret di jalan nafas.frekuensi pernafasan 16 -20x/menit.<br /><br />Intervensi :<br />a. Kaji keadaan jalan nafas,<br />Rasional : obstruksi munkin dapat di sebabkan oleh akumulasi secret.<br />b. Lakukan pengisapan lendir jika d perlukan.<br />Rasional : pengisapan lendir dapay memebebaskan jalan nafas dan tidak terus menerus di lakukan dan durasinya dapat di kurangi untuk mencegah hipoksia.<br />c. Ajarkan klien batuk efektif.<br />Rasional : batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas.<br />d. Lakuakn postural drainage perkusi/penepukan.<br />Rasional : mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret.<br />e. Kolaborasi : pemberian oksigen 100%.<br />Rasional : denagn pemberiaan oksigen dapat membantu pernafasan dan membuat hiperpentilasi mencegah terjadinya atelaktasisi dan mengurangi terjadinya hipoksia.<br />3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas<br />Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawtan selama 2 x 24 jam mobilitas fisik teratasi.<br />Criteria hasil : klien dapat mempertahan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.<br />Intervensi :<br />a. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan melalui skala 0-4.<br />Rasional : untuk mengidentifikasikan kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.<br />b. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan bisa lebih sering.<br />Rasional : menurunkan terjadinya terauma atau iskemia jaringan.<br />c. Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua ekstremitas.<br />Rasional ; meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya kontraktur.<br />d. Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seoerti meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.<br />Rasional : membantu melatih kembali jaras saraf,meningkatkan respon proprioseptik dan motorik.<br />e. Konsultasi dengan ahli fisiotrapi.<br />Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan untuk menemukan kebutuhan klien.<br />4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.<br />Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24jamklien mampu memperthankan keutuhan kulit.<br />Kriteria hasil : klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui cara dan penyebab luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka<br />Intervensi :<br />a. Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika munkin.<br />Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua daerah.<br />b. Ubah posisi setiap 2 jam.<br />Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.<br />c. Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang menonjol.<br />Rasional : mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang menonjol.<br />d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisis.<br />Rasional : mengindari kerusakan kapiler.<br />e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.<br />Rasional : hangan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan jaringan.<br />f. jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin terauma,panas terhadap kulit.<br />Rasional : untuk mempertahankan ke utuhan kulit<br /><br /><br />5. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.<br />Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam terjadi prilaku peningkatan perawatan diri.<br />Kriteria hasil : klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat membantu.<br />Intervensi :<br />a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk melakukan ADL.<br />Rasional : membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individu.<br />b. Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.<br />Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.<br />c. Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.<br />Rasional : klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klie untuk terus mencoba.<br />d. Rencankan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.<br />Rasional : klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat kelaurmasuk orang ke ruangan.<br />6. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat.<br />Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam gangguan eliminasi fecal ( konstipasi) tidak terjadi lagi.<br />Kriteria hasil : klien BAB lancer,konsistensi feces encer, Tidak terjadi konstipasi lagi.<br />Intervensi :<br />a. Kaji pola eliminasi BAB<br />Rasional : untuk mengetahui frekuensi BAB klien, mengidentifikasi masalah BAB pada klien .<br />b. Anjurkan untuk mengosumsi buah dan sayur kaya serat.<br />Rasional : untuk mempelancar BAB.<br />c. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18 gelas/hari, untuk mengencerkan feces dan mempermudah pengeluaran feces.<br />d. Berikan latihan ROM pasif, <br />Rasional : untuk meningkatkan defikasi.<br />e. Kolaborasi pemberian obat pencahar.<br />Rasional : untuk membantu pelunakkan dan pengeluaran feces<br />7. Gangguan eliminasi urin ( inkontinensia urin) berhubungan dengan lesi pada UMN.<br />Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, selama 3x24 jam.<br />kriteria hasil : gangguan eliminasi urin tidak terjadi lagi, pola eliminasi BAK normal.<br />Intervensi :<br />a. Kaji pola eliminasi urin.<br />Untuk mengetahui masalah dalm pola berkemih.<br />b. Kaji multifaktoral yang menyebabkan inkontensia.<br />Rasional : untuk menentukan tindakan yang akan di lakukan.<br />c. Membatasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur.<br />Rasional : untuk mengatur supaya tidak terjadi kepenuhan pada kandung kemih.<br />d. Batasi intake makanan yang menyebabkan iritasi kandung kemih.<br />Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi pada kandung kemih.<br />e. Kaji kemampuan berkemih.<br />Rasonal : untuk menentukan piñata laksanaan tindak lanjut jika klien tidak bisa berkemih.<br />f. Modifikasi pakaian dan lingkungan.<br />Rasional : untuk mempermudah kebutuhan eliminasi.<br />g. Kolaborasi pemasangaan kateter.<br />Rasional : mempermudah klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi urin.<br /><br />2.2.4. Implementasi Keperawatan<br />Implementasi Kepeawatan adalah Pengolahan dan perwujutan dari recana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.<br />Yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu :<br />1. Tepat waktu.<br />2. Pelaksaan tindakan keperawatan sesuai dengan program terapi.<br />3. Dalam pelaksanaan tindakan privasi pasien harus dijaga.<br /><br /><br /><br />2.2.5. Evaluasi Kerawatan<br />Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.<br />Evaluasi atau penilaian dapat dibagi menjaji dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah yang dilakukan setiap kali melakukan tindakan keperawatan sedangkan Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua tindakan yang dilakukan dengan membandingkan kreteria hasil yang telah ditetapkan dengan respon atau tanda dan gejala yang ditunjukkan pasien.<br />Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :<br />1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.<br />2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.<br />3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.<br /><br /><br />2.3. Konsep Teori Inkontinensia Urine<br />2.3.1. Pengertian Inkontinensia Urine<br />Inkontinensia Urine adalah pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol dan menetesnya urin dari uretra dengan keadaan kandung kemih yang penuh. (Saryono, 2010)<br />Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekstensi urine. (Tarwoto Wartonah, 2006)<br />Inkontinensia urine adalah kehilangan urine yang tidak disadari, tidak diduga, atau kontinu ; tipe ini terkait dengan penyakit atau kondisi persyarafan ; defisit anatomis seperti fistula atau kerusakan jaringan akibat pembedahan, trauma, atau radiasi. (Susan Martin Tucker : EGC, 2008)<br />2.3.2. Etiologi Inkontinensia urine<br />Menurut Saryono dan Anggriyana Tri Widiarti (2010) penyebab dari Inkontinensia urine adalah ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spinkter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine. Ada 5 tipe inkontinensia urine (Saryono dan Anggriyani Tri Widiarti, 2010), yaitu :<br /><br /><br />a. Fungsional<br />Ketidakmampuan memprediksi keluarnya urine, disebabkan oleh gangguan fisik dan mental atau faktor lingkungan.<br />b. Refleks<br />Urine yang mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kencing akibat otot detrusor yang lemah sehingga tidak dapat merasakan kandung kemih penuh.<br />c. Stress<br />Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada saat tekanan abdomen meningkat.<br />d. Urge<br />Urge timbul karena keadaan otot detrusor yang tidak stabil.<br />e. Total<br />Keluarnya urine yang tidal dapat diprediksi, disebabkan oleh injury spinkter pada laki-laki dan injury otot parineal pada wanita atau adanya kerusakan neurologis.<br /><br /><br /><br /><br />2.3.3 <br />Faktor-faktor risiko stroke<br />Patofisiologi<br />Disfungsi kandung kemih saluran pencernaan<br />Defisit neurologis<br />Katup jantung rusak,miokard infark, fibrilasi, endokarditis<br />Penyumbatan pembuluh darah otakoleh bekuan darah, lemak, dan udara<br />Emboli serebral<br />Stroke<br />(Cerebro vascular accident)<br />Gangguan Eliminasi urin dan alvi<br /><br /><br /><br />2.3.4 Penatalaksanaan<br />Penanganan inkontinensia urine tergantung factor penyebab yang mendasarinya, namun demikian sebelum terapi yang tepat dimulai, munculnya masalah ini harus di identifikasi terlebih dahulu.<br />Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut usia dengan incontinensia urine adalah memasang kateter secara menetap. Untuk beberapa pertimbangan, misalnya memantau produksi urine dan mengatur balance cairan hal ini masih dapat diterima, tetapi sering kali pemasangan kateter ini tidak jelas dan mengandung resiko untuk terjadinya komplikasi umumnya adalah infeksi.<br /><br />Ada 3 macam katerisasi pada inkontinensia urine :<br />1. katerisasi luar<br />terutama pada pria yang memakai system kateter kondom. Efek samping yang utama adalah iritasi pada kulit dan sering lepas.<br />2. katerisasi intermiten<br />katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada wanita lanjut usia yang menderita inkontinensia urine. Frekuensi pemasangan 2-4x sehari dengan sangat memperhatikan sterilisasi dan tehnik prosedurnya.<br />3. Katerisasi secara menetap<br />Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar dibatasi pada indikasi yang tepat. Misalnya untuk ulkus dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena ada inkontinensia urine ini. Komplikasi dari katerisasi secara terus-menerus ini disamping infeksi. Juga menyebabkan batu kandung kemih, abses ginjal dan bahkan proses keganasan dari saluran kemih.<br />Memang lebih rumit dan membutuhkan biaya serta tenaga untuk memakai pembalut-pembalut serta alas tempat tidur dengan bahan yang baik daya serapnya, dan secara teratur memprogram penderita untuk berkemih.Tetapi untuk jangka panjang, dapat diharapkan resiko morbiditas yang menurun, dengan begitu juga berpengaruh pada penurunan biaya perawatan.<br />Pengelolaan inkontinensia urine pad apenderita usia lanjut, secara garis besar dapat dikerjakan sebagai berikut :<br />1. Program rehabilitasi<br />a. Melatih respon kandung kemihagar baik lagi<br />b. Melatih perilaku berkemih<br />c. Latihan otot-otot dasar panggul<br />d. Modifikasi tempat untuk berkemih<br />2. Katerisasi baik secara berkala atau menetap<br />3. Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, osterogen<br />4. Pembedahan, misalnya untuk mengangkat penyebab sumbatan atau keadaan patologi lain.<br />5. Lain-lain, misalkan penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia<br />(sumber : Nanda, 2005-2006 )Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-42220406798044109642013-03-25T11:12:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.318-07:00patofisiologi stroke<b>patofisiologi stroke</b> - <i>artikel patofisiologi stroke</i>, <b>Tentang patofisiologi stroke</b><br /><br />Otak merupakan organ tubuh yang sensitif terhadap oksigen dan nutrisi. Otak harus menerima aliran darah yang konstans untuk mempertahankan fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sendiri. Aliran darah berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika aliran darah keotak berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan kerusakan otak dengan cepat. <br /><br /><br />Pada <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">stroke</a>, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik dapat menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kematian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema yang terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari. <br />Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya seperti semula. Hal ini mengakibatkan terjadinya defisit neurologis pada area kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai dengan karakteristik dari otak. <br /><br />Berikut gambar skema <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Patofisiologi Stroke </a><br /><a alt="patofisiologi stroke" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjmlpn_3jZMk1ktjutXqMIXwDTtAKlQNl5iDHaYl6X7iGN5uvDWce9GrdQExoz0ykvd6PV7EHK5wT9cGIaH1LtX4LICd1c0p5xo7w_knxF5kNek6IUGUp4nvXvz5Clvvf3YhzAo93e5hk/s1600/patofisiologi+stroke.jpg" imageanchor="1" title="patofisiologi stroke"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjmlpn_3jZMk1ktjutXqMIXwDTtAKlQNl5iDHaYl6X7iGN5uvDWce9GrdQExoz0ykvd6PV7EHK5wT9cGIaH1LtX4LICd1c0p5xo7w_knxF5kNek6IUGUp4nvXvz5Clvvf3YhzAo93e5hk/s320/patofisiologi+stroke.jpg" /></a><br /><br />Klik Gambar untuk lebih jelas <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-stroke-hemoragik-pdf.html" target="_blank">Patofisiologi Stroke</a>.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-27183175857573456622013-03-25T10:49:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.415-07:00laporan pendahuluan stroke infark<b>laporan pendahuluan stroke infark</b> - <i>Laporan Pendahuluan CVA atau STROKE Infark</i><br /><i><br /></i>I.PENDAHULUAN.<br />CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan <u>istilah Stroke</u>.Istilah ini lebih populer di banding CVA.Kelainan ini terjadi pada organ otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.<a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke</a> menyebabkan angka kematian yang tinggi.<br />Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 % lebih tinggi)dan usia umumnya di atas 55 tahun.<br /><br />II.PENYEBAB dan KLASIFIKASI.<br />Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.<br />Faktor resiko terjadinya <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">stroke</a> ada 2 :<br />1.Faktor resiko yang dapat diobati / dicegah :<br />Perokok.<br />Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )<br />Tekanan darah tinggi.<br />Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).<br />Transient Ischemic Attack ( TIAs)<br />2.Faktor resiko yang tak dapat di rubah :<br />Usia di atas 65.<br />Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan-dan-penanganannya.html" target="_blank">resiko serangan stroke</a>).<br />DM.<br />Keturunan ( Keluarga ada stroke).<br />Pernah terserang stroke.<br />Race ( Kulit hitam lebih tinggi )<br />Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).<br /><br />Secara patologik suatu infark dapat di bagi dalam :<br />Trombosis pembuluh darah ( trombosis serebri ).<br />Emboli a.l dari jantung (emboli serebri ).<br />Arteritis sebagai akibat lues / arteritis temporalis.<br /><br /><br />III. KLASIFIKASI :<br />Secara klinis stroke di bagi menjadi :<br />1. Serangan Ischemia Sepintas ( Transient Ischemia Attack / TIA ).<br />2. Stroke Ischemia ( Stroke non Hemoragik ).<br />3. Stroke Hemoragik.<br />4. Gangguan Pembuluh Darah Otak Lain.<br />Sumber : 2000, Harsono ED, Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada UP, hal : 84.<br /><br /><br />IV.TANDA DAN GEJALA.<br />Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :<br />Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap stimulus.<br />Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.<br />Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.<br />Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler, peningkatan suhu tubuh.<br />Keluhan kepala pusing.<br />Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).<br />Kelumpuhan dan kelemahan.<br />Penurunan penglihatan.<br />Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).<br />Pelo / disartria.<br />Kerusakan Nervus Kranialis.<br />Inkontinensia alvi dan uri.<br /><br />V.PENATALAKSANAAN MEDIK.<br />A.PEMERIKSAAN PENUNJANG.<br />1.LABORATORIUM.<br />Hitung darah lengkap.<br />Kimia klinik.<br />Masa protombin.<br />Urinalisis.<br />2.DIAGNOSTIK.<br />SCAN KEPALA<br />Angiografi serebral.<br />EEG.<br />Pungsi lumbal.<br />MRI.<br />X ray tengkorak<br /><br />B.PENGOBATAN.<br />1.Konservatif.<br />a.Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.<br />b.Mencegah peningkatan TIK.<br />Antihipertensi.<br />Deuritika.<br />Vasodilator perifer.<br />Antikoagulan.<br />Diazepam bila kejang.<br />Anti tukak misal cimetidine.<br />Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.<br />Manitol : mengurangi edema otak.<br />2.Operatif.<br />Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan klien.<br />3.Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :<br />Terapi wicara.<br />Terapi fisik.<br />Stoking anti embolisme.<br /><br />VI. KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN STROKE.<br />Aspirasi.<br />Paralitic illeus.<br />Atrial fibrilasi.<br />Diabetus insipidus.<br />Peningkatan TIK.<br />Hidrochepalus.<br /><br />VII. PENCEGAHAN :<br />Kontrol teratur tekanan darah.<br />Menghentikanmerokok.<br />Menurunkan konsumsi kholesterol dan kontrol cholesterol rutin.<br />Mempertahankan kadar gula normal.<br />Mencegah minum alkohol.<br />Latihan fisik teratur.<br />Cegah obesitas.<br />Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.<br /><br /><br />VIII.ASUHAN KEPERAWATAN.<br />A.PENGKAJIAN<br />BIODATA<br />Pengkajian biodata di fokuskan pada :<br />Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.<br /><br />KELUHAN UTAMA.<br />Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.<br /><br />UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN.<br />Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu klien biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.<br /><br />RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.<br />Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.<br />RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.<br />Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.<br /><br />RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.<br />Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.<br /><br />PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.<br />Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :<br />mandi<br />makan/minum<br />bab / bak<br />berpakaian<br />berhias<br />aktifitas mobilisasi<br />B. PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI.<br />BI ( Bright / pernafasan).<br />Perlu di kaji adanya :<br />Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.<br />Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.<br />Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.<br />Catat jumlah dan rama nafas<br /><br />B2 ( Blood / sirkulasi ).<br />Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.<br />B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )<br />Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran .<br />B4 ( Bladder / Perkemihan ).<br />Tanda-tanda inkontinensia uri.<br />B5 ( Bowel : Pencernaan )<br />Tanda-tanda inkontinensia alfi.<br />B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).<br />Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama.Kekuatan otot.<br />SOSIAL INTERAKSI.<br />Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.<br /><br />B.DIAGNOSA YANG MUNCUL.<br />Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak .<br />Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.<br />Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.<br />Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.<br />Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang informasi prognosis dan terapi.Kurang pengetahuan prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi.<br />Resiko injury berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan, penurunan kesadaran.<br />Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.<br />Inkoninensia uri berhubungan dengan defisit neurologis.<br />Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan neurologis.<br />Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas, parise dan paralise.<br />Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.<br />Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori.<br />Resiko terjadinya : kekeringan kornea, Pneumonia ortostatik sekunder kehilangan kesadaran.<br /><br />C.INTERVENSI KEPERAWATAN.<br />Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :<br />1.RESIKO PENINGKATAN TIK BERHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN ISI OTAK SEKUNDER TERHADAP HIPOKSIA, EDEMA OTAK.<br />Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial .<br />Kriteria hasil :<br />Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :<br />Peningkatan tekanan darah.<br />Nadi melebar.<br />Pernafasan cheyne stokes<br />Muntah projectile.<br />Sakit kepala hebat.<br />Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.<br />Intervensi.<br />NO<br />INTERVENSI<br />RASIONAL<br />1. <br />Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK<br />§ tekanan darah<br />§ nadi<br />§ GCS<br />§ Respirasi<br />§ Keluhan sakit kepala hebat<br />§ Muntah projectile<br />§ Pupil unilateral<br />Deteksi dini peningkatan TIK untuk melakukan tindakan lebih lanjut.<br />2. <br />Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi dengan cepat.<br />Meninggikan kepala dapat membantu drainage vena untuk mengurangi kongesti vena.<br />3. <br />Hindari hal-hal berikut :<br />Masase karotid<br /><br /><br /><br />Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat.<br /><br /><br /><br />Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem panggul dan lutut.<br /><br /><br /><br /><br />Masase karotid memperlambat frekuensi jantung dan mengurangi sirkulasi sistemik yang diikuti peningkatan sirkulasi secara tiba-tiba.<br />Fleksi atau rotasi ekstrem leher mengganggu cairan cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial.<br />Aktifitas ini menimbulkan manuver valsalva yang merusak aliran balik vena dengan kontriksi vena jugularis dan peningkatan TIK.<br />4. <br />Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces jika di perlukan.<br />Mencegah konstipasi dan mengedan yang menimbulkan manuver valsalva.<br />5. <br />Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan pencahayaan redup.<br />Meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan membantu menurunkan TIK.<br />6. <br />Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:<br />§ Anti hipertensi.<br /><br />§ Anti koagulan.<br /><br />§ Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit.<br />§ Pelunak feces.<br />§ Anti tukak.<br />§ Roborantia.<br /><br />§ Analgetika.<br />§ Vasodilator perifer.<br /><br /><br />§ Menurunkan tekanan darah.<br />§ Mencegah terjadinya trombus.<br />§ Mencegah defisit cairan.<br /><br />§ Mencegah obstipasi.<br />§ Mencegah stres ulcer.<br />§ Meningkatkan daya tahan tubuh.<br />§ Mengurangi nyeri.<br />§ Memperbaiki sirkulasi darah otak.<br /><br />2.GANGGUAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE / HEMIPLEGIA<br />Tujuan :<br />Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya<br />Kriteria hasil<br />1.Tidak terjadi kontraktur sendi<br />Bertambahnya kekuatan otot<br />2.Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas<br /><br />Intervensi.<br />INTERVENSI<br />RASIONAL<br />1. Ubah posisi klien tiap 2 jam<br /><br /><br />2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit<br />3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit<br />4. Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya<br />5. Tinggikan kepala dan tangan<br />6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien<br /><br />§ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan<br />§ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan<br />§ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan<br /><br /><br />3.GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : PERABAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEKANAN PADA SARAF SENSORI.<br />Tujuan :<br />Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.<br />Kriteria hasil :<br />Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi<br />Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa<br />Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori<br /><br />INTERVENSI<br />RASIONAL<br />1. Tentukan kondisi patologis klien<br /><br /><br />2. Kaji kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian<br /><br /><br /><br />3. Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.<br /><br />4. Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal<br />5. Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang sakit.<br />6. Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.<br /><br /><br />7. Lakukan validasi terhadap persepsi klien<br /><br />1. Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan<br />2. Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.<br />3. Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.<br />4. Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.<br /><br /><br /><br /><br />5. Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />6. Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebih.<br />7. Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.<br /><br /><br />4.KURANGNYA PERAWATAN DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE/HEMIPLEGI DAN KEHILANGAN KESADARAN.<br />Tujuan<br />Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi<br />Kriteria hasil<br />Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien<br />Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan<br /><br />INTERVENSI<br />RASIONAL<br />1. Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.<br /><br />2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh<br />3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />4. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya<br />5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi<br /><br />1. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual<br />2. Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus<br />3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan<br />4. Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu<br />5. Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus<br /><br /><br />5.RESIKO GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN OTOT MENGUNYAH DAN MENELAN SEKUNDER KEHILANGAN KESADARAN.<br />Tujuan<br />Tidak terjadi gangguan nutrisi<br />Kriteria hasil<br />Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan<br />Hb dan albumin dalam batas normal<br />INTERVENSI<br />RASIONAL<br />1. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk<br />2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan<br />3. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan<br />4. Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu<br /><br /><br />5. Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang<br /><br />6. Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air<br />7. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan<br /><br />8. Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan.<br /><br />9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang<br />1. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien<br />2. Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi<br />3. Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler<br /><br /><br />4. Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan<br />5. Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar<br />6. Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi<br />7. Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak<br />8. Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan<br />9. Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut<br /><br /><br />Evaluasi<br />Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).<br /><br />PUSTAKA.<br />Marylin Doengus , TERJEMAHAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN , EGC, 1999.<br />Lynda Jual C ,RENCANA ASUHAN DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN, EGC,1999.<br />Anna Owen ,PEMANTAUAN PERAWATAN KRITIS, , EGC, 1997.<br />Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY, 1998<br />Harsono,ED, NEUROLOGI KLINIS, GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 1996.<br />2000, Harsono ED, KAPITA SELEKTA NEUROLOGI, Gajah Mada UP.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-51005457804318645212013-03-24T10:46:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.424-07:00LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK<b>LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK</b> - <i>LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIC</i><br /><br />A. <u>Definisi Stroke</u><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke</a> Atau Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Stroke atau cedera cerebrovaskuler</a> adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)<br />Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan-dan-penanganannya.html" target="_blank">Akibat stroke</a> pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).<br /><br />B. Etiologi<br />Penyebab-penyebabnya antara lain:<br />1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )<br />2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )<br />3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)<br />(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)<br /><br />C. Faktor resiko pada stroke<br />1. Hipertensi<br />2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)<br />3. Kolesterol tinggi<br />4. Obesitas<br />5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)<br />6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)<br />7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)<br />8. Penyalahgunaan obat ( kokain)<br />9. Konsumsi alkohol<br />(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)<br /><br />D. Manifestasi klinis<br />Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:<br />a. Sementara<br />Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.<br />b.Sementara,namun lebih dari 24 jam<br />Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)<br />c. Gejala makin lama makin berat (progresif)<br />Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution<br />d. Sudah menetap/permanen<br />(Harsono,1996, hal 67)<br /><br />E. Patways<br />F. Pemeriksaan Penunjang<br />1. CT Scan <br />Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark<br />2. Angiografi serebral<br />membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri<br />3. Pungsi Lumbal<br />- menunjukan adanya tekanan normal<br />- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan<br />4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.<br />5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik<br />6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena<br />7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal<br />(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)<br /><br />G. Penatalaksanaan<br />1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .<br />2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.<br />(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)<br /><br />H.KOMPLIKASI<br />Hipoksia Serebral<br />Penurunan darah serebral<br />Luasnya area cedera<br />(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)<br /><br />I. Pengkajian<br />a. Pengkajian Primer<br />- Airway<br />Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk<br />- Breathing<br />Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi<br />- Circulation<br />TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut<br /><br />b. Pengkajian Sekunder<br />1. Aktivitas dan istirahat<br />Data Subyektif:<br />- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.<br />- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )<br />Data obyektif:<br />- Perubahan tingkat kesadaran<br />- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.<br />- gangguan penglihatan<br />2. Sirkulasi<br />Data Subyektif:<br />- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.<br />Data obyektif:<br />- Hipertensi arterial<br />- Disritmia, perubahan EKG<br />- Pulsasi : kemungkinan bervariasi<br />- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal<br />3. Integritas ego<br />Data Subyektif:<br />- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan<br />Data obyektif:<br />- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan<br />- kesulitan berekspresi diri<br />4. Eliminasi<br />Data Subyektif:<br />- Inkontinensia, anuria<br />- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )<br />5. Makan/ minum<br />Data Subyektif:<br />- Nafsu makan hilang<br />- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK<br />- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia<br />- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah<br />Data obyektif:<br />- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )<br />- Obesitas ( factor resiko )<br />6. Sensori neural<br />Data Subyektif:<br />- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )<br />- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.<br />- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati<br />- Penglihatan berkurang<br />- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )<br />- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman<br />Data obyektif:<br />- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif<br />- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )<br />- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )<br />- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.<br />- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil<br />- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik<br />- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral<br /><br />7. Nyeri / kenyamanan<br />Data Subyektif:<br />- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya<br />Data obyektif:<br />- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial<br />8. Respirasi<br />Data Subyektif:<br />- Perokok ( factor resiko )<br />9.Keamanan<br />Data obyektif:<br />- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan<br />- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit<br />- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali<br />- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh<br />- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri<br />10. Interaksi social<br />Data obyektif:<br />- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi<br />(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)<br /><br />J. Diagnosa Keperawatan<br />1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral<br />Dibuktikan oleh :<br />- Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori<br />- Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan<br />- Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional<br />- Perubahan tanda tanda vital<br /><br />Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;<br />- Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor<br />- Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK<br />- Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan<br />Intervensi :<br />Independen<br />- Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK<br />- Monitor dan catat status neurologist secara teratur<br />- Monitor tanda tanda vital<br />- Evaluasi pupil (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )<br />- Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang<br />- Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi<br />- Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .<br />- Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi<br />Kolaborasi<br />- berikan suplemen oksigen sesuai indikasi<br />- berikan medikasi sesuai indikasi :<br />· Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )<br />· Antihipertensi<br />· Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.<br />· Manitol<br /><br />2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir<br />Kriteria hasil:<br />- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas<br />- Ekspansi dada simetris<br />- Bunyi napas bersih saat auskultasi<br />- Tidak terdapat tanda distress pernapasan<br />- GDA dan tanda vital dalam batas normal<br />Intervensi:<br />- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi<br />- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal<br />- Penghisapan sekresi<br />- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam<br />- Berikan oksigenasi sesuai advis<br />- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi<br />3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan<br />Tujuan :<br />Pola nafas efektif<br />Kriteria hasil:<br />- RR 18-20 x permenit<br />- Ekspansi dada normal<br />Intervensi :<br />o Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.<br />o Auskultasi bunyi nafas.<br />o Pantau penurunan bunyi nafas.<br />o Pastikan kepatenan O2 binasal<br />o Berikan posisi yang nyaman : semi fowler<br />o Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam<br />o Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996<br />Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993<br />Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996<br />4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002<br />5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000<br />6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-73775461024330083902013-03-23T10:43:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.432-07:00LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK<b>LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK</b> -<br /><i>LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK</i><br /><br /><br />A. KONSEP DASAR PENYAKIT<br /><br />1. <u>DEFINISI/PENGERTIAN STROKE</u><br /><br />· <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Definisi stroke</a> menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).<br /><br />· <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Stroke</a> secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (Hudak dan Gallo, 1997) .<br /><br />· Sedangkan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan-dan-penanganannya.html" target="_blank">stroke hemoragik adalah</a> stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.<br /><br />· EPIDEMIOLOGI<br /><br />Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan. Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyak 15-35%. ± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.<br /><br />Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun, 60 per 1000 pada rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-84 tahun. Dengan presentase kematian mencapai 40-60%<br /><br />· PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI<br /><br />Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :<br /><br />· Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah.<br /><br />· Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.<br /><br />· Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid.<br /><br />· Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.<br /><br />· Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).<br /><br />· Overdosis narkoba, seperti kokain.<br /><br />· PATOFISIOLOGI<br /><br />Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)<br /><br />· GEJALA KLINIS<br /><br />Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.<br /><br />Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:<br /><br />· Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).<br /><br />· Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.<br /><br />· Kesulitan menelan.<br /><br />· Kesulitan menulis atau membaca.<br /><br />· Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.<br /><br />· Kehilangan koordinasi.<br /><br />· Kehilangan keseimbangan.<br /><br />· Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.<br /><br />· Mual atau muntah.<br /><br />· Kejang.<br /><br />· Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan.<br /><br />· Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.<br /><br /><br />PEMERIKSAAN FISIK<br /><br />Keadaan umum<br />· Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran<br /><br />· Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.<br /><br />· Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.<br /><br /><br />Pemeriksaan integument<br />· Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke harus bed rest 2-3 minggu<br /><br />· Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis<br /><br />· Rambut: umumnya tidak ada kelainan.<br /><br />Pemeriksaan kepala dan leher<br />· Kepala: bentuk normocephalik<br /><br />· Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi<br /><br />· Leher: kaku kuduk jarang terjadi.<br /><br />Pemeriksaan dada<br />· Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.<br /><br />Pemeriksaan abdomen<br />· Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.<br /><br />f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus<br /><br />· Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.<br /><br />g. Pemeriksaan ekstremitas<br /><br />· Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.<br /><br />g. Pemeriksaan neurologi:<br /><br />· Pemeriksaan nervus cranialis<br /><br />Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.<br /><br />· Pemeriksaan motorik<br /><br />Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.<br /><br />· Pemeriksaan sensorik<br /><br />Dapat terjadi hemihipestesi.<br /><br />· Pemeriksaan reflex<br /><br />Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.<br /><br /><br />· PEMERIKSAAN PENUNJANG<br /><br />a. Pemeriksaan laboratorium<br /><br />· Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat<br /><br />· Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.<br /><br />· Analisa CSF (merah) à perdarahan sub arachnoid<br /><br />· Pungsi Lumbal<br /><br />menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.<br /><br />b. Pemeriksaan Radiologi<br /><br />· CT Scan<br /><br />Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark<br /><br />· Angiografi serebral<br /><br />membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri<br /><br />· MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik ( masalah sistem arteri karotis ( aliran darah / muncul plak ) arteriosklerotik ).<br /><br />· EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik<br /><br />· Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena<br /><br />· Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral ; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.<br /><br />(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)<br /><br /><br /><br />· DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS<br /><br />Pada diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan dan MRI merupakan sarana diagnostik yang berharga untuk menunjukan adanya hematoma, infark atau perdarahan. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi.<br /><br /><br />· THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN<br /><br />Terapi Stroke diantara:<br /><br />a) Lakukan penatalaksanaan jalan napas yang agresif. Pertimbangkan pra-terapi dengan pemberian lidokain 1-2 mg/kg secara intravena jika diintubasi diindikasikan untuk menjaga adanya peningkatan TIK.<br /><br />b) Lakukan hiperventilasi untuk mengurangi PaCo2 sampai 25-30 mmHg.<br /><br />c) Pertimbangkan pemberian manitol 1-2 mg/kg IV.<br /><br />d) Pertimbangkan deksametason 200-100mg IV : mulai timbulnya efek lebih lambat dari pada tindakan intubasi atau manitol.<br /><br />e) Pemantauan tekanan intrakranial secara noninvasif seperti MRI, CT scan, tomografi emisi positron, single-photon emission computed tomografi, evoked potential, dan oksimetri.<br /><br />f) Dekompresi secara bedah berdasarkan temuan CT scan mungkin diperlukan.<br /><br /><br />Terapi umum:<br /><br />Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut :<br /><br />1. Menstabilkan tanda – tanda vital<br /><br />· Mempertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan yang dalam, trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan bila batang otak terkena)<br /><br />· Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing – masing individu; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi.<br /><br />2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung<br /><br />3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal; cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4 sampai 6 jam.<br /><br />4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :<br /><br />· Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan gerakan pasif setiap 2 jam<br /><br />· Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur (terutama pada bahu, siku dan mata kaki)<br /><br />Terapi khusus:<br /><br />Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, TPA.<br /><br />1. Pentoxifilin:<br /><br />Mempunyai 3 cara kerja:<br /><br />· Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus<br /><br />· Meningkatkan deformalitas eritrosit<br /><br />· Memperbaiki sirkulasi intraselebral<br /><br />2. Neuroprotektan:<br /><br />Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron. Contohnya neotropil<br /><br />Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen<br /><br /><br />Terapi Medis<br /><br />1. Neuroproteksi<br /><br />Berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan. Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktifitas metabolisme dan kebutuhan sel-sel neuron.<br /><br />2. Antikoagulasi<br /><br />Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0 – 4,0) untuk pasien stroke yang memiliki katup prostetik mekanik. Bagi pasien yang bukan merupakan kandidat untuk terapi warvarin (coumadin), maka dapat digunakan aspirin tersendiri atau dalam kombinasi dengan dipiridamol sebagai terapi anti trombotik awal untuk profilaksis stroke.<br /><br />3. Trombolisis Intravena<br /><br />Satu-satunya obat yang telah disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi stroke iskemik akut adalah aktivator plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan. Terapi dengan TPA intravena tetap sebagai standar perawatan untuk stroke akut dalam 3 jam pertama setelah awitan gejala. Risiko terbesar menggunakan terapi trombolitik adalah perdarahan intraserebrum.<br /><br />4. Trombolisis Intraarteri<br /><br />Pemakaian trombolisis intraarteri pada pasien stroke iskemik akut sedang dalam penelitian, walaupun saat ini belum disetujui oleh FDA. Pasien yang beresiko besar mengalami perdarahan akibat terapi ini adalah yang skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS)-nya tinggi, memerlukan waktu lebih lama untuk rekanalisasi pembuluh, kadar glukosa darah yang lebih tinggi, dan hitung trombosit yang rendah.<br /><br /><br />Terapi Perfusi<br /><br />Untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus vasospasme saat pemulihan dari perdarahan subarakhnoid.<br /><br /><br />Pengendalian Oedema dan Terapi Medis Umum<br /><br />Oedema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark kasus serebrum iskemik, terutama pada keterlibatan pada pembuluh besar di daerah arteria serebri media. Terapi konservatif dengan membuat pasien sedikit dehidrasi, dengan natrium serum normal atau sedikit meningkat.<br /><br /><br />Terapi Bedah<br /><br />Dekompresi bedah adalah suatu intervensi drastis yang masih menjalani uji klinis yang dicadangkan untuk stroke yang paling masif.<br /><br /><br /><br />B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWTAN<br /><br />1. PENGKAJIAN<br /><br />· Data Subjektif<br /><br />- klien mengeluh pusing, klien mengeluh nyeri kepala<br /><br />- klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis<br /><br />- klien mengeluh mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot).<br /><br />- klien mengeluh kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati<br /><br />- klien mengeluh nafsu makan hilang, klien mengeluh mengalami nausea/vomitus<br /><br />- klien mengeluh mengalami gangguan rasa pengecapan<br /><br /><br />· Data Objektif<br /><br />- Hipertensi arterial<br /><br />- Disritmia, perubahan EKG<br /><br />- Pulsasi : kemungkinan bervariasi<br /><br />- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal<br /><br />- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )<br /><br />- Obesitas ( faktor resiko )<br /><br />- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan<br /><br />- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit<br /><br />- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali<br /><br />- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.<br /><br />- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.<br /><br /><br />2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul<br /><br />a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis: disfungsi neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara napas ronchi (+), napas irreguler, dan memakai alat bantu oksigen.<br /><br />b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan terjadi hemiperase pada ekstremitas kanan<br /><br />c. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien tampak tidak sadar, dan kondisi lemah<br /><br />d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler ditandai dengan klien tampak tidak sadar, kondisi lemah, dan hemiparese<br /><br />e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau oral ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara<br /><br />f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan ditandai dengan klien tidak sadar, dan kondisi klien tampak lemah<br /><br />g. Gangguan sensori persepsi penglihatan berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi, dan atau integrasi ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas, keadaan pupil isokor<br /><br /><br />3. Rencana Asuhan Keperawatan<br /><br /><br />1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien tampak tidak sadar, dan kondisi lemah<br /><br />Tujuan :<br /><br />Setelah diberikan askep selama …x 24 jam, diharapkan Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal dengan kriteria hasil :<br />- Klien tidak gelisah<br />- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.<br />- GCS 456<br />- Pupil isokor, reflek cahaya (+)<br />- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,<br /><br />Pernafasan 16-20 kali permenit)<br /><br /><br />INTERVENSI<br /><br />Mandiri :<br /><br />a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya<br /><br />Rasional :<br /><br />Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan<br /><br />b. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total<br /><br />Rasional :<br /><br />Untuk mencegah perdarahan ulang<br /><br />c. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua Jam<br /><br />Rasional :<br /><br />Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk<br /><br />penetapan tindakan yang tepat<br /><br />d. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)<br /><br />Rasional :<br /><br />Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral<br /><br />e. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan<br /><br />Rasional :<br /><br />Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang<br /><br />f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjunng<br /><br />Rasional :<br /><br />Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya<br /><br />Kolaborasi :<br /><br />a. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor<br /><br />Rasional :<br /><br />Memperbaiki sel yang masih viabel<br /><br /><br />2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau oral ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara<br /><br />Tujuan :<br /><br />Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan kerusakan komunikasi verbal klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :<br /><br />- Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (mis; komunikasi tertulis, bahasa isyarat, bicara dengan jelas pada telinga yang baik).<br /><br />- Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi.<br /><br />- Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.<br /><br />- Mengatakan penurunan frustrasi dalam berkomunikasi.<br /><br />- Mampu berbicara yang koheren.<br /><br />- Mampu menyusun kata – kata/ kalimat.<br /><br /><br />Intervensi<br /><br />Mandiri:<br /><br />a. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.<br /><br />Rasional : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi. Pasien mungkin mempunyai kesulitan memahami kata yang diucapkan; mengucapkan kata-kata dengan benar; atau mengalami kerusakan pada kedua daerah tersebut.<br /><br />b. Bedakan antara afasia dengan disartria.<br /><br />Rasional : Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. Afasia adalah gangguan dalam menggunakan dan menginterpretasikan simbol-simbol bahasa dan mungkin melibatkan komponen sensorik dan/atau motorik, seperti ketidakmampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat tanda, berbicara. Seseorang dengan disartria dapat memahami, membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami kesulitan membentuk/mengucapkan kata sehubungan dengan kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral.<br /><br />c. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.<br /><br />Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata. Umpan balik membantu pasien merealisasikan kenapa pemberi asuhan tidak mengerti/berespon sesuai dan memberikan kesempatan untuk mengklarifikasikan isi/makna yang gterkandung dalam ucapannya.<br /><br />d. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata,” “tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana.<br /><br />Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik)<br /><br />e. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut.<br /><br />Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik (afasia motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya.<br /><br />f. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “Sh” atau “Pus”<br /><br />Rasional : Mengidentifikasikan adanya disartria sesuai komponen motorik dari bicara (seperti lidah, gerakan bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak disertai afasia motorik.<br /><br />g. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek<br /><br />Rasional : Menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam membaca yang benar (aleksia) yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.<br /><br />h. Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan ruangan pasien tentang adanya gangguan bicara. Berikan bel khusus bila perlu.<br /><br />Rasional : Menghilangkan ansietas pasien sehubungan dengan ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan perasaan takut bahwa kebutuhan pasien tidak akan terpenuhi dengan segera. Penggunaan bel yang diaktifkan dengan tekanan minimal akan bermanfaat ketika pasien tidak dapat menggunakan system bel regular.<br /><br />i. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).<br /><br />Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/deficit yang mendasarinya.<br /><br />j. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak,” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih kompleks sesuai dengan respons pasien.<br /><br />Rasional : Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu. Sebagai proses latihan kembali untuk lebih mengembangkan komunikasi lebih lanjut dan lebih kompleks akan menstimulasi memori dan dapat meningkatkan asosiasi ide/kata.<br /><br />k. Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit; hindari “pembicaraan yang merendahkan” pada pasien atau membuat hal-hal yang menentang kebanggaan pasien.<br /><br />Rasional : Kemampuan pasien untuk merasakan harga diri, sebab kemampuan intelektual pasien seringkali tetap baik<br /><br /><br />Kolaborasi<br /><br />a. Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.<br /><br /><br />3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan terjadi hemiperase pada ekstremitas kanan<br /><br />Tujuan:<br /><br />Setelah diberikan askep ....x 24 jam diharapkan mobilisasi klien mengalami peningkatan, dengan kriteria hasil:<br /><br />- mempertahankan posisi optimal,<br /><br />- mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terserang hemiparesis dan hemiplagia.<br /><br />- mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas.<br /><br />Intervensi<br /><br />Mandiri:<br /><br />a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.<br /><br />Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam pemilihan terhadap intervensi sebab teknik yang berbeda digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.<br /><br />b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.<br /><br />Rasional : Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. Daerah yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasii dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit/ dekubitus.<br /><br />c. Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika pasien dapat mentoleransinya.<br /><br />Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional;tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.<br /><br />d. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas saat masuk. Anjurkan melakukan latihan sepeti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet, melebarkan jari-jari kaki/telapak.<br /><br />Rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur. Menurunkan risiko terjadinya hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah perdarahan. Catatan: Stimulasi yang berlebihan dapat menjadi pencetus adanya perdarahan berulang.<br /><br />e. Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot board) seelama periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.<br /><br />Rasional : Mencegah kontraktur/footdrop dan memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain pihak paralisis spastik dapat meengarah pada deviasi kepala ke salah satu sisi.<br /><br />f. Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.<br /><br />Rasional : Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.<br /><br />g. Tempatkan ”handroll’ keras pada teelapak tangan dengan jari – jari dan ibu jari saling berhadapan.<br /><br />Rasional : Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-jari, mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi normal (posisi anatomis).<br /><br />h. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.<br /><br />Rasional : Mempertahankan posisi fungsional.<br /><br />i. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur, biarkan pasien menggunakan kekuatan tangan untuk menyokong berta badan dan kaki yang kuat untuk memindahkan kaki yang sakit; meningkatkan waktu duduk) dan keseimbangan dalam berdiri (seperti letakkan sepatu yang datar;sokong bagian belakang bawah pasien dengan tangan sambil meletakkan lutut penolong diluar lutut pasien;bantu menggunakan alat pegangan paralel dan walker).<br /><br />Rasional : Membantu dalam melatih kembali jaras saraf, meningkatkan respon proprioseptik dan motorik.<br /><br />j. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong/ menggerakkan daerah tubuh yang mengalami kelemahan.<br /><br />Rasional : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang terganggu.<br /><br />Kolaborasi<br /><br />a. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latiahn resistif, dan ambualsi pasien.<br /><br />b. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperi TENS sesuai indikasi.<br /><br />c. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesuai indikasi seperti baklofen dan trolen.<br /><br />(Doenges, 1999)<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.<br /><br />Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.<br /><br />Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.<br /><br />Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGCAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-88299653338086573682013-03-22T10:41:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.532-07:00laporan pendahuluan stroke<b>laporan pendahuluan stroke</b> - <i>LAPORAN PENDAHULUAN STROKE</i><br /><br />A. DEFINISI<br /><u>Stroke atau cedera cerebrovaskuler</u> adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008).<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke adalah</a> kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).<br />Menurut (Marilyn E,Doenges:2000)stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak.<br />Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996).<br />Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik lokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular.<br />B. ETIOLOGI<br />Penyebab-penyebabnya antara lain:<br />1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).<br />Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis<br />2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).<br />Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.<br />3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002).<br /><br />Faktor resiko pada <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">stroke</a> :<br />1. Hipertensi<br />2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)<br />3. Kolesterol tinggi<br />4. Obesitas<br />5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)<br />6. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)<br />7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)<br />8. Penyalahgunaan obat ( kokain)<br />9. Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).<br />C. TANDA dan GEJALA<br />Menurut Pujianto (2008),stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik,bergantung pada lokasi lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area yang perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain :<br />1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi pada sesi otak yang berlawanan,hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh<br />2. kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).<br />3. Gangguan perse psi : disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual spasial,kehilangan sensori.<br />4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.<br />5. Disfungsi kandung kemih.<br />Asosiasi pemulihan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan-dan-penanganannya.html" target="_blank">stroke</a> di New South Wales tampil dengan suatu akronim untuk membuat orang tahu bila mereka dalam bahaya akan terkena serangan stroke, atau telah mengalaminya tanpa menyadarinya yaitu DANGER (Henderson,2002:10)<br />1. Dizziness or unsteadiness(rasa pening atau rasa tidak tetap pada tangan atau pada tangan dan atau pandangan mata)<br />2. A change in mental abilities(suatu perubahan dalam kemampuan-kemampuan mental)<br />3. Numbness,weakness,or paralisys in the face,arm or leg on one side of the body(mati rasa, rasa lemah,atau lumpuh wajah, atau tungkai pada satu sisi tubuh)<br />4. Garbled speech or inability to speak(bicaranya kacau, atau kata katanya terbolak-balik,atau ketidakmampuan untuk berbicara)<br />5. Eye pproblem(masalah-masalah mata)penglihatan suram yang tiba-tiba pada satu mata atau terjadi penglihatan ganda.<br />6. Report to your doctor immediately(laporkan pada dokter dengan segera)karena gejala-gejala ini pulih dengan cepat dan barangkali tidak akan ada peringatan kedua.<br /><br />D. PEMERIKSAAN PENUNJANG<br />1. Pemeriksaan penunjang radiologi<br />Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak(cerebrovasculer disease/CVD)yaitu computed tomographi(CT Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI).<br />CT Scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT Scan kurang sensitif di banding dengan MRI,misalnya pada kasus stroke hiperakut.<br />Untuk meperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT Scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab penyakit stroke, apakah perdarhan, atau tumor otak. kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah getah bening melalui kapilaroskopi atau fluproskopi.<br />2. Pemeriksaan penunjang laboratorium<br />a. Kreatinin fosfokinase<br />Pemeriksaan ini untuk mengetaui fungsi ginjal, menunjukan juga kerusakan otot masif. Pemeriksaan pada enzim ini untuk mengetahui kadarnya yang terdapat pada otot rangka. Kreatinin merupakan produk penguraian otot. Kreatinin disekresikan oleh ginjal melalui kpombinasi filtrasi dan sekresi.<br />b. GDS (gula darah sewaktu)<br />Pemeriksaan gula darah sewaktu menunjukan kadar glukosa dalam darah. Keadaan hiperglikemi atau hipoglikemi dapat menimbulkan adanya eksaserbasi lebih luas. Nilai normal ppada pasien stroke >200 mg/dl.<br />c. Kolesterol<br />Kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi. Kolesterol dari makanan akan meningkatkan kolesterol dalam darah. Semakin tinggi kolesterol semakin tinggi kemungkinan dari kolesterol tersebut tertimbun di pembuluh darah. Kelebihan kolesterol tersebut akan bereaksi pembuluh daran zat lain yang mengendap pada pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dikenal dengan arterosklerosis. Nilai normal 150-270 mg/dl tergantung sesuai umur.<br />d. HMT (hematokrit)<br />Hematokrit merupakan volume sel darah merah dalam 100 ml. pda kasus stroke biasanya terjadi peningkatan hematokrit. Pemeriksaan hematokrit di lakukan untuk mengetahui konsentrasi sel darah merah (eritrosit)dalam darah. Semakin meningkat hematokrit semakin kecil kandungan oksigen yang dibawa. Nilai pada pria 40-54% sedangkan pada wanita 38-47%.<br />3. Pemeriksaan penunjang neurologis<br />a. Glasgow Coma Scale(GCS)untuk mengetahui tingkat kesadaran penderita.<br />b. Respon pupil untuk mengetaui apakah ada dilatasi.<br />c. Denyut nadi biasanya menurun.<br />d. Tekanan darah biasanya meningkat.<br />e. Frekuensi pernapasan biasanya menurun.<br />f. Suhu biasanya meningkat.<br /><br />E. PATOFISIOLOGI<br />Stroke non hemoraghi dibagi menjadi stroke trombotik dan stroke emboli .Pada stroke trombotik,oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin plama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemi yang berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trobosis adalah percabangan arteri karotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombosik biasanya lambat.<br />Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang terlepas pada bagian tubuh lain sampai ke arteri karotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit yaitu arteri carotis dibagian tengah atau Middle Carotid Artery(MCA). Dengan adanya sumbatan oleh emboli juga akan menyebabkan iskemi(Pujianto,2008)<br />Efek iskemik bervariasi bergantung derajat lamanya gannguan aliran darah, dimana pengurangan aliran darah dalam derajat sedang hanya dapat menimbulkan gangguan fungsional sementara saja dan bukan kerusakan yang permanen seperti yang terjadi pada iskemia berat. Efek iskemik dapat menimbulkan lesi pada saraf fungsi motorik yang terdiri dari lesi di lobus(temporalis dan frontal), lesi pada kapsul interna, dan lesi pada korteks piramidalis yang mengatur koordinasi serta lesi pada batang otak(Harsono,2003:87).<br />Lesi dapat terjadi di lobus temporalis maupun lobus frontalis. Lesi yang menyerang lobus temporalis dapat menyebabkan disfasia reseptif,sedangkan lesi yang menyerang lobus frontalis dapat menyebabkan disfasia ekspresif(Price,1995:966). Pada penderita stroke yang mengalaminya dapat muncul gejala berupa koordinasi bicara yang menurun sehingga dapat menyebabkan masalah keperawatan kerusakan komunikasi verbal.<br />Lesi dapat terjadi di kapsul interna yang kemudian dapat menyerang wajah,nervus vagus,dan nervus glosofaring,otot skeletal dan lidah serta ekstremitas baik atas maupun bawah(Price,1995:966). Lesi yang menyerang nervus vagus dan nervus glosofaring dapat menyebabkan sulit menelan dan dapat memunculkan masalah keperawatan kerusakan menelan. Dari masalah tersebut dapat menyebabkan masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.<br />Lesi pada kapsul interna juga akan mempengaruhi fungsi ekstremitas, sehingga penderita stroke yang mengalaminya dapat muncul gejala kelumpuhan kontralateral(price,1995:966) yang menyebabkan masalah keperawatan kerusakan mobilitas fisik. Sedangkan lesi yang menyerang batang otak dapat mengganggu kerja sistem saraf yang mengatur pernapasan, sehingga dapat memunculkan masalah keperawatan pola napas tak efektif.<br />Trombus dan embolus yang terbawa sampaiotak dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah arteri serebri yang akan meningkatkan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial tersebut dapat menyebabkan penekanan penyempitan pada dinding arteri serebri sehinggan suplai O2 akan menurun dan dapat memunculkan masalah keperawatan perfusin jaringan serebral tidak efektif. Oleh karena kekurangan O2 tadi, otak akan memerintahkan menyebabklan penimbunan asam laktat sehingga penderita stroke yang mengalaminya akan mengalami asidosis metabolik dan penurunan kesadaran(koma)(price:1995:966)<br /><br />G. PENGKAJIAN FOKUS<br />1. Identitas / Data Biografis Klien<br />Nama, TTL, pendidikan terakhir, golongan darah, agama, status perkawinan, alamat, telepon, jenis kelamin, orang yang paling dekat dihubungi, hubungan dengan usila, alamat dan jenis kelamin orang/ keluarga tersebut.<br />2. Riwayat Keluarga<br /><br />a) Pasangan : hidup/ mati, kesehatan, umur, pekerjaan, alamat, kematian, sebab kematian, tahun meningggal.<br />b) Anak : hidup/mati ,nama, alamat, tahun meninggal, penyebab kematian.<br /><br />3. Riwayat Pekerjaan<br />Status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan, alamat pekerjaan, jarak tempat kerja dari rumah, alat transportasi.<br />4. Riwayat Lingkungan Hidup<br />Type tempat tinggal/ panti, jumlah kamar, jumlah tingkat, jumlah orang yang tingggal di rumah/ dipanti, derajat privasi, tetangga terdekat, alamat/ telepon, kondisi panti.<br />5. Riwayat Rekreasi<br />Hobby/ minat, keanggotaan organisasi, liburan perjalanan, kegiatan dip anti.<br />6. Sumber/ Sisitem Pendukung yang digunakan<br />Dokter/perawat/bidan/fisioterapi, dll. RS, klinik, yankes lain, jarak dari rumah/ panti, yankes dirumah/ panti, makanan yang dihantar, perawat sehari-hari oleh keluarga.<br />7. Kebiasaan Ritual<br />Agama, istirahat tidur, kebiasaan ibadah, kepercayaan, ritual makan.<br />8. Status kesehatan saat ini<br />Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun yang lalu, keluhan kesehatan utama (PQRST), pengetahuan/ pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan, derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis.<br /><br />Alasan masuk panti:<br />a) Obat-obatan<br />Nama, dan dosis obat, waktu dan cara penggunaan, dokter yang member, tanggal resep dan masalah karena obat-obatan.<br />b) Status imunisasi<br />Tanggal terbaru imunisasi tetanus, difteria, PPD, influenza, dll.<br />c) Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)<br />Obat, makanan, kontak substansi, factor lingkungan.<br />d) Penyakit yang diderita<br />e) Nutrisi<br />Diet 24 jam, riwayat peningkatan dan penurunan BB, masalah dalam pemenuhan nutrisi, kebiasaan.<br />9. Status Kesehatan Masa Lalu<br />Penyakit masa kanak-kanak, penyaki serius atau kronik, trauma, perawatan di rumah sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter, perawat), operasi (jenis, tanggal, tempat, alasan, dokter, hasil, perawatan), riwayat obstetric.<br />10. Tinjauan Sistem<br />Kaji ada tidaknya tanda-tanda setiap gejala berikut ini:<br />a) Keadaan Umum<br />Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan, demam, keringat malam, kesulian tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan, kemampuan melakukan ADL, tingkat kesadaran (kualitatif, kuantitatif), TTV<br />b) Integument<br />Lesi/ luka, pruritus, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan nevi, sering memar, perubahan rambu, perubahan kuku, katimumul pada jari kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.<br />c) Hemopoetik<br />Perdarahan/ memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe, anemia, riwayat transfuse darah.<br />d) Kepala<br />Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi/luka.<br />e) Mata<br />Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/ lensa kontak, nyeri, air mata berlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater, diplopia, kabur, fotopobia, skomata, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir, dampak pada penampilan ADL.<br />f) Telinga<br />Perubahan pendengaran, rabas, tinnitus, vertigo,sensivitas pendengaran,alat-alat protesa,riwayat infeksi,tanggal pemeriksaan paling akhir,kebiasaan perawatan telinga,dampak pada penampilan ADL.<br />g) Hidung dan sinus<br />Rinorea ,rabas,epistaksis,obstruksi,mendengkur,nyeri pada sinus,drip post nasal,alergi,riwayat infeksi,penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.<br />h) Mulut dan tenggorokan<br />Sakit tenggorokan,lesi/ulkus,serak,perubahan suara,kesulitan menelan,perdarahan gusi,karies,alat-alat protesa,riwayat infeksi,tanggal pemeriksaan paling akhir,pola menggosok gigi,pola flossing,masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu.<br />i) Leher<br />Kekakuan,nyeri/nyeri tekan,benjolan/massa,keterbatasan gerak,pembesaran kelenjar tiroid.<br />j) Payudara<br />Benjolan/massa,nyeri/nyeri tekan,bengkak,keluar cairan dari putting susu,pola pemeriksaan payudara,tanggal mamografi paling akhir.<br />k) Pernafasan<br />Batuk,sesaknafas,hemoptisis,sputum,mengi,asma/alergi pernafasan,frekuensi,auskultasi,palpasi,perkusi,wheezing.<br />l) Kardiovaskuler<br />Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak nafas, dipsnea pada aktifitas, dipsnea noktural paroksimal, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia, perubahan warna kaki.<br /><br /><br />m) Gastrointestinal<br />Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar, mual/muntah, hematemesis, perubahan nafsu makan, intoleransi makanan, ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan kebiasaan defekasi, diare, konstipasi, melena, hemoroid, perdarahan rectum, pola defekasi biasanya.<br />n) Perkemihan<br />Disuria, frekuensi, menetes, ragu- ragu, dorongan, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia ,inkontenensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.<br />o) Genitor Reproduksi-Pria<br />Lesi, rabas, nyeri testikuler, massa testikuler, massa testikuler, masalah prostate, penyakit kelamin, perubahan hasrat seksual, impotensi, masalah aktifitas social.<br />p) Genitor Reproduksi-Wanita<br />Lesi, rabas, dispareunia, perdarahan paska senggama, nyeri pelvic, sistokel/rektokel/prolaps, penyakit kelamin, infeksi, masalah aktifitas seksual, riwayat menstruasi, (menarche,tanggal periode menstruasi terakhir), tanggal dan hasil pap smear terakhir.<br />q) Musculoskeletal<br />Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme, kram, kelemahan otot, masalah cara berjalan, nyeri punggung, protesa, pola kebiasaan latihan, dampak pada penampilan ADL.<br />r) System Syaraf Pusat<br />Sakit kepala, kejang, sinkope/serangan jatuh, paralisis, paresis, masalah koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, Masalah memori.<br />s) System Endokrin<br />Intoleransi panas atau dingin,goiter,pigmentasi kulit/tekstur,perubahan rambut,polifagia,polidipsi,poliuria.<br />t) System immune<br />Kerentanan dan seringnya terkena penyakit,imunisasi.<br />u) System Pengecapan<br />Berkurangnya rasa asin dan panas<br />v) System penciuman<br />Peningkatan system penciuman<br /><br />w) Psikososial<br />Cemas,depresi,insomnia,menangis ,gugup,takut,masalah dalam mengambil keputusan,kesulitan berkonsentrasi,pernyataan perasaan umum mengenai keputusan / frustasi mekanisme koping yang biasa,stress saat ini,masalah tentang kematian dan kehilangan,dampak penampilan ADL.<br /><br />H. DIAGNOSA KEPERAWATAN<br />Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan.dengan terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.<br />Definisi : keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler disebabkan suatu penurunan suplai darah kapiler .<br />Batasan karakteristik (Doenges,ME:2000)<br />Mayor :perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon motorik/sensori, emosi, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi<br />Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/ paralysis hipotonik, paralysis spastis.<br />Definisi :keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik tapi bukan imobil<br />Batasan karakteristik (Carppenito,L.J:2000)<br />Mayor :penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja keterbatasan rentang gerak<br />Minor :pembatasan gerak yang dipaksakan,enggan untuk bergerak.<br />Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral,neuromuskuler,kehilangan tonus/kontrol otot fasia/oral<br />Definisi :keadaan dimana seorang individu mengalami/dapat mengalami penurunan kemampuan atau ketidakmampuan untuk berbicara tetapi dapat di mengerti orang lain.(Carpeniti,L.J,2000)<br />Batasan karakteristik<br />kerusakan artikulasi, disatria,ketidakmampuan berbicara, menyebutkan kata-kata.<br /><br />Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi sensori,trauma neurologis.<br />Definisi :keadan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah,pola atau interpretasi stimulius yang datang.<br />Batasan karakteristik<br />- disorientasi waktu,tempat,orang<br />- perubahan pola perilaku/respon<br />- konsentrasi menurun<br />- halusinasi<br />Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler<br /><br /><br />I. FOKUS INTERVENSI<br />1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan.dengan terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral<br />Tujuan dan kriteria hasil :<br />-tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK<br />-peningkatan fungsi kognitif, motorik, sensorik<br />-tingkat kesadaran membaik<br />Intervensi<br />1) Pantau status neurologis tiap beberapa jam(ukur GCS)<br />2) Ukur TTV<br />3) Letak agak ditn kepala klien agak tegak ditinggikan<br />4) Kolaborasi pemberian obat<br />2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/ paralysis hipotonik, paralysis spastis.<br />Tujuan dan kriteria hasil :<br />-Mempertahankan posisi optimal pasien<br />-Mempertahankan integritas kulit<br />Intervensi<br />1) Ubah posisi klien miring kanan kiri bertahapp<br />2) Latih rentang gerak aktif dan pasif pada ekstremitas<br />3) Observasi daerah yang terkena<br />3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral,neuromuskuler,kehilangan tonus/kontrol otot fasia/oral<br />Tujuan dan kriteria hasil<br />Klien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi<br />Klien mampu mengekspresikan keinginan sesuai tingkat keinginan<br />Intervensi<br />1) Kaji derajat disfungsi<br />2) Pinta pasien untuk mengikuti perintah sederhana<br />3) Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban-jawaban “ya”/”tidak”<br />4) Anjurkan keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien<br />4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi sensori,trauma neurologis.<br />Tujuan dan kriteria hasil :<br />Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persptual<br />Meningkatnya kemampuan, mendemonstrasikan perilaku<br />Intervensi<br />1) Evaluasi adanya gangguan penglihatan<br />2) Kaji kesadaran sensasi<br />3) Berikan stimulasi sentuhan<br />5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,penurunan kekuatan,koordinasi otot<br />Tujuan dan kriteria hasil<br />Klien dapat mendemonstrasikan teknik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri<br />Dapat melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuannya<br />Intervensi<br />1) Kaji tingkat katergantungan<br />2) Berikan bantuan pada klien sesuai kebutuhan<br />3) Beikan umpan balik positif untuk setiap usaha<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.<br /><br />Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993.<br /><br />Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996.<br /><br />Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC, 2002.<br /><br />Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000.<br /><br />Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-16307960477883259782013-03-21T10:37:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.633-07:00gejala stroke ringan dan penanganannya<b>gejala stroke ringan dan penanganannya</b> - <i>GEJALA DAN PENANGANAN STROK RINGAN</i><br /><br /><u>Stroke ringan</u> ! bayak orang mengkesampingkan dan mengangap tidak terlalu berbahaya, lalu apa sebenarnya <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">stroke ringan</a> tersebut, di bawah ini akan ita bahas pengertian, gejala , akibat dan penyembuhan serta pencegahan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">stroke</a> ringan<br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan.html" target="_blank">Stroke ringan</a> atau yang dikenal secara medis sebagai transient ischemic attack (TIA) terjadi ketika asupan oksigen ke bagian tertentu dari otak terhalang sebentar, lalu kembali normal. Halangan tersebut biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri otak karena aterosklerosis atau gumpalan darah kecil yang terbawa masuk dari tempat lain dalam tubuh dan menyumbat arteri otak. Kebanyakan stroke ringan hanya berlangsung kurang dari sepuluh menit dengan gejala yang bersifat temporer. Sebagian stroke ringan lainnya berlangsung hingga beberapa jam. Bila berlanjut lebih dari 24 jam maka dikategorikan sebagai stroke biasa.<br /><br />Diagnosis<br /><br />Bila Anda mengalami gejala di atas, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter. Stroke ringan adalah ancaman sekaligus peluang bagi Anda. Disebut ancaman karena sebagai peringatan adanya risiko stroke berat di masa mendatang. Disebut peluang karena Anda memiliki peluang mencegahnya.<br /><br />Untuk memastikan penyebab stroke ringan, dokter Anda mungkin meminta dilakukan pemeriksaan CT (computed tomography) atau MRI (magnetic resonance imaging) pada otak Anda. Pemeriksaan lain atas kondisi jantung dan sirkulasi darah dengan menggunakan Doppler, MRA (magnetic resonance angiography) atau rontgen jantung juga mungkin dilakukan.<br /><br />Gejala Stroke Ringan<br /><br />Gejala stroke ringan mirip dengan stroke biasa. Berikut adalah beberapa gejala stroke ringan, tergantung bagian mana dari sistem peredaran darah dan otak Anda yang terkena:<br /><br />Masalah penglihatan di salah satu atau kedua mata, termasuk penglihatan ganda dan kebutaan sementara<br />Kehilangan ingatan atau kesadaran secara tiba-tiba<br />Pusing, bingung dan lemah<br />Tidak dapat berjalan (ataxia).<br />Kesulitan berbicara, termasuk berbicara dengan intonasi kacau<br />Kesulitan koordinasi tangan dan lengan<br />Lemah atau lumpuh di satu sisi tubuh<br />Awal Gejala Stroke<br />Walaupun gejala stroke ringan ini hanya bersifat sementara, yakni selama 2 hingga 30 menit saja, namun Anda tetap harus waspada, karena seseorang yang pernah mengalami TIA memiliki risiko yang jauh lebih besar untuk terkena stroke. TIA dapat dianggap sebagai peringatan akan adanya risiko terkena stroke, sekaligus sebagai kesempatan untuk mencegah sebelum stroke yang sesungguhnya terjadi.<br />Bila Anda telah terkena stroke ringan, dokter akan memberikan obat-obatan pencegah penggumpalan darah untuk mengurangi risiko berulangnya stroke, yaitu anti-koagulan dan anti-platelet. Aspirin adalah jenis obat yang paling banyak diberikan pada pasien pasca stroke.<br /><br />Bila pembuluh arteri di leher Anda mengalami penyempitan berarti, pembedahan atau stent arteri carotid mungkin dilakukan untuk mengoreksinya.<br /><br />Dampak stroke sangat nyata. Penderita berusaha untuk bebas dari kursi roda dan bisa berjalan lagi.<br /><br />Mendadak mati rasa, badan lemas, kesulitan bicara dan memahami serta kehilangan keseimbangan adalah gejala-gejala umum serangan stroke.<br /><br />Pasien stroke cukup beruntung bila bisa segera sampai ke ruang gawat darurat guna mendapat pengobatan yang tepat, dan dengan terapi fisik, berhasil memulihkan beberapa keterampilan motorik yang pernah mereka miliki.<br /><br />Tetapi, ilmuwan mendapati bahwa stroke yang menyerang secara diam-diam, tanpa gejala yang jelas, sering tidak terdiagnosis atau diobati dengan cepat. Pasien melanjutkan rutinitas sehari-hari, tidak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi di dalam otak. Kerusakan itu hanya terdeteksi bila pasien menjalani prosedur pemindaian khusus MRI.<br /><br />Hasil MRI atas otak pasien yang pernah terkena stroke dua kali. Panah menunjukkan adanya bintik-bintik gelap yang dulunya adalah sel-sel sehat yang mati akibat gumpalan darah yang masuk ke otak.<br /><br />Pada hasil pemindaian pasien stroke, tampak lubang gelap berisi cairan. Psikolog syaraf Adam Brickman pada Fakultas Kedokteran Universitas Columbia, mengatakan ada bintik-bintik gelap yang dulunya adalah sel-sel sehat yang mati akibat gumpalan darah yang masuk ke otak.<br /><br /><br /><br />Hippocampus, blok merah di bagian lain otak yang berperan dalam ingatan, juga bisa terganggu akibat stroke.<br /><br />“Ketika kita tahu ingatan seseorang berkurang seiring bertambahnya usia, kita biasanya mengaitkan perubahan itu dengan perubahan fungsional atau perubahan struktural dalam hippocampus. Yang kita temukan pada stroke ringan adalah kehadiran stroke di otak juga terkait fungsi daya ingat.”<br /><br />Brickman dan kolega-koleganya mengamati lebih dari 650 laki-laki dan perempuan berusia 65 tahun dan lebih yang sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda demensia atau hilang ingatan yang parah.<br /><br />Mereka menjalani pemindaian otak MRI dan juga tes untuk mengukur kemampuan mereka menyerap informasi. Penelitian sebelumnya mendapati bahwa perubahan ukuran hippocampus dan stroke berhubungan dengan fungsi kognitif, tetapi Brickman mengatakan penelitian ini menegaskan hubungan kuat antara stroke ringan dan penurunan daya ingat.<br /><br />“Penelitian kami menunjukkan, keduanya secara independen terkait dengan fungsi daya ingat, dan itu pengamatan baru,” paparnya.<br /><br />Hasil pemindaian MRI menunjukkan 25 persen peserta penelitian itu terkena stroke ringan. Mereka ternyata juga tidak mendapat nilai baik pada tes daya ingat. Peneliti berharap untuk terus mencermati kelompok itu dalam setahun ke depan, guna mengamati adanya tanda-tanda penyakit Alzheimer, yang merupakan bentuk paling serius dari demensia<br /><br />Selain memeriksa gejala, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk bila Anda memiliki risiko stroke karena tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, merokok dan penyakit jantung tertentu. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan neurologis untuk mengevaluasi tingkat kesadaran, sensasi, dan fungsi (visual, motorik, bahasa) dan menentukan penyebab, lokasi, dan tingkat stroke. Dokter Anda akan mengevaluasi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi dan tanda-tanda vital (yaitu, nadi, respirasi, suhu badan). Kepala (termasuk telinga, mata, hidung, dan tenggorokan) dan ekstremitas juga diperiksa untuk membantu menentukan penyebab dari stroke dan mengesampingkan kondisi lain yang menghasilkan gejala yang sama.<br /><br />Apakah struk ringan berbahaya<br /><br />Banyak orang cenderung meremehkan gejala penyakit, apalagi jika gejala tersebut merupakan hal yang umum dialami sehari-hari dan tidak berlangsung lama. Padahal ada gejala penyakit yang patut diwaspadai karena merupakan pertanda awal penyakit yang lebih serius. Salah satunya adalah stroke ringan.<br /><br />Kenali Gejalanya<br />Stroke ringan atau Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan gangguan fungsi otak akibat berkurangnya aliran darah menuju ke otak untuk sementara waktu, akibat tersumbatnya pembuluh darah.<br /><br />Meskipun tidak menyebabkan kerusakan permanen, Anda harus tetap memperhatikan gejala TIA, yaitu antara lain:<br /><br />Tangan dan kaki terasa lemas<br />Baal/ kesemutan pada salah satu sisi tubuh<br />Gangguan penglihatan berupa penglihatan ganda<br />Keseimbangan dan koordinasi tubuh terganggu<br />Gangguan fungsi bicara, misalnya sulit menemukan kata-kata yang tepat dalam berbicara<br />Nyeri kepala hebat<br />Menurut penelitian terakhir satu dari tiga orang yang mengalami TIA pada akhirnya akan mengalami stroke, dan setengah dari jumlah tersebut mengalaminya dalam kurun waktu kurang dari setahun setelah mengalami TIA.<br /><br />Faktor-faktor di atas penting diperhatikan sebagai dasar untuk mulai menjalani pola hidup sehat, khusunya apabila seseorang telah mengalami TIA.<br /><br />Dapatkan Diagnosa Dini<br />Diagnosa TIA dilakukan atas dasar riwayat medis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang dimiliki pasien. Selain itu pemeriksaan penunjang menggunakan USG carotid, CT scan, MRI serta Angiografi untuk melihat kondisi pembuluh darah arteri pasien.<br /><br />Penyembuhan dengan Sarang semut juga sangat bagus karena sarang semut mengandung multi mineral yang dipercaya dapat mengatas stroke yang ringan maupun stroke berat.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-17719492840009423232013-03-20T10:34:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.732-07:00Gejala Stroke Ringan Dan Pengobatannya<b>Gejala Stroke Ringan Dan Pengobatannya</b> - Gejala, <i>Pencegahan Stroke Ringan</i>, <u>Penyembuhan Stroke Dan Pengobatan Stroke Ringan</u><br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke adalah</a> penyakit kematian jaringan otak (Serebrovaskuler) yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak karena adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.<br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/search/label/stroke" target="_blank">Stroke</a> ada 2 macam:<br /><br />1. Stroke Iskemik/ stroke ringan<br /><br />Yaitu penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah keotak terhenti sebagian atau keseluruhan. 80% kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke ini masih dibagi menjadi 3, yaitu:<br /><br />- Stroke Trombotik<br /><br />Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan<br /><br />- Stroke Embolik<br /><br />Tertutupnya pembuluh arteri oleh darah yang membeku<br /><br />- Stroke Hipoperfusion Sistemik<br /><br />Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung<br /><br />2. Stroke Hemoragik<br /><br />Yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Biasanya terjadi pada penderita hipertensi. Stroke ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu:<br /><br />- Stroke Hemoragik Intraserebral<br /><br />Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak<br /><br />- Stroke Hemoragik Subaraknoid<br /><br />Pendarahan yang terjadi pada ruang sempit antara permukaan otak dan jaringan yang menutupi otak<br /><br /><br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan.html" target="_blank">Gejala Stroke</a>:<br /><br />Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik<br />Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.<br />Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.<br />Pencegahan Stroke:<br /><br />Diet makanan sehat, rendah kalori, rendah lemak dan rendah garam<br />Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran. Disarankan untuk mengonsumsi sekitar 5 porsi buah dan sayuran setiap harinya.<br />Aktivitas fisik dan berolahraga secara teratur<br />Tidak merokok<br />Tidak minum alcohol<br />Sebisa mungkin menghindari stres baik fisik ataupun mental/emosi.<br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-stroke-ringan.html" target="_blank">Pengobatan / Penyembuhan Stroke</a>:<br /><br />Untuk stroke hemoragik satu-satunya jalan adalah dengan tindakan pembedahan<br />Untuk stroke Iskemik atau stroke ringan ada beberapa terapi :<br />- Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan pencegah penggumpalan darah untuk mengurangi risiko berulangnya stroke, yaitu anti-koagulan dan anti-platelet. Aspirin adalah jenis obat yang paling banyak diberikan pada pasien pasca stroke.<br /><br />- Bila pembuluh arteri di leher Anda mengalami penyempitan berarti, pembedahan atau stent arteri carotid mungkin dilakukan untuk mengoreksinya.<br /><br />Semoga bermanfaat!!!<br /><br />gejala stroke ringan dan pencegahannya, gejala stroke ringan, cara terapi untuk menyembuhkan struk ringan, penyembuhan stroke, resep sayur pembedahan ovarium, Sayuran pengobat struk, sistem penyembuhan stroke ringan, stroke gejala kelemahannya berkurang, struk saraf ringan, terapi gejala stroke ringanAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-4759851424463925722013-03-18T10:27:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.829-07:00gejala stroke ringan<b>gejala stroke ringan</b> - Gejala, <i>Pencegahan Stroke</i>, <u>Penyembuhan Stroke Dan Stroke Ringan</u><br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Stroke adalah</a> penyakit kematian jaringan otak (Serebrovaskuler) yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak karena adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.<br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-campak.html" target="_blank">Stroke</a> ada 2 macam:<br /><br />1. Stroke Iskemik/ stroke ringan<br /><br />Yaitu penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah keotak terhenti sebagian atau keseluruhan. 80% kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke ini masih dibagi menjadi 3, yaitu:<br /><br />- Stroke Trombotik<br /><br />Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan<br /><br />- Stroke Embolik<br /><br />Tertutupnya pembuluh arteri oleh darah yang membeku<br /><br />- Stroke Hipoperfusion Sistemik<br /><br />Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung<br /><br />2. Stroke Hemoragik<br /><br />Yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Biasanya terjadi pada penderita hipertensi. Stroke ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu:<br /><br />- Stroke Hemoragik Intraserebral<br /><br />Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak<br /><br />- Stroke Hemoragik Subaraknoid<br /><br />Pendarahan yang terjadi pada ruang sempit antara permukaan otak dan jaringan yang menutupi otak<br /><br /><br /><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/gejala-campak.html" target="_blank">Gejala Stroke</a>:<br /><br />Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik<br />Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.<br />Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-65981590742322101992013-03-13T11:01:00.000-07:002013-07-25T11:15:24.928-07:00askep epilepsi anak<b>askep epilepsi anak</b> - <i>Asuhan Keperawatan</i><i> Epilepsi</i><i> Anak</i><br /><br />A. <u>PENGERTIAN EPILEPSI</u>.<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Epilepsi</a> adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik.<br /><br />B. ETIOLOGI.<br />1. Idiopatik.<br />2. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri.<br />- trauma lahir<br />- trauma kepala<br />- tumor otak<br />- stroke<br />- cerebral edema<br />- hypoxia<br />- keracunan<br />- gangguan metabolik<br />- infeksi.<br /><br />C. PATOFISIOLOGI.<br />Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-epilepsi.html" target="_blank">epilepsi berasal</a> dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-epilepsi-pada-anak.html" target="_blank">epilepsi</a>, baik yang umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.<br />Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi).<br /><br />Secara Patologi :<br />Fenomena biokimia sel saraf yang menandai epilepsi :<br />1. Ketidakstabilan membran sel saraf.<br />2. Neuron hypersensitif dengan ambang menurun.<br />3. Polarisasi abnormal.<br />4. Ketidakseimbangan ion.<br /><br /><br /><br />D. KLASIFIKASI DAN GAMBARAN KLINIS.<br />1. Epilepsi Umum.<br />- Grand mal.<br />- Petit mal.<br />- Infantile spasm.<br />2. Epilepsi Jenis Focal / Parsial.<br />- Focal motor.<br />- Focal sensorik.<br />- Psikomotor.<br /><br />Gejala :<br />1. Bangkitan umum :<br />- Tonik : kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher dan punggung melengkung, jeritan epilepsi (aura). 20 – 60 detik.<br />- Klonik : spasmus flexi berseling relaksasi, hypertensi, midriasis, takikardi, hyperhidrosis, hypersalivasi. 40 detik.<br />- Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti<br />klien sadar kembali<br />lesu, nyeri otot dan sakit kepala<br />klien tertidur 1-2 jam.<br />2. Jenis parsial :<br />- Sederhana : tidak terdapat gangguan kesadaran.<br />- Komplex : gangguan kesadaran.<br /><br /><br />Ad :<br />1. Grand mal (Tonik Klonik) :<br />- Ditandai dengan aura : sensasi pendengaran atau penglihatan.<br />- Hilang kesadaran.<br />- Epileptik cry.<br />- Tonus otot meningkat sikap fleksi / ekstensi.<br />- Sentakan, kejang klonik.<br />- Lidah dapat tergigit, hypertensi, tachicardi, berkeringat, dilatasi pupil dan hypersalivasi.<br />- Setelah serangan pasien tertidur 1-2 jam.<br />- Pasien lupa, mengantuk dan bingung.<br /><br />2. Petit mal :<br />- Hilang kesadaran sebentar.<br />- Klien tampak melongo.<br />- Apa yang dikerjakannya terhenti.<br />- Klien terhuyung tapi tidak sampai jatuh.<br /><br />3. Infantile Spasm :<br />- Terjadi usia 3 bulan – 2 tahun.<br />- Kejang fleksor pada ektremitas dan kepala.<br />- Kejang hanya beberapa fetik berulang.<br />- Sebagian besar klien mengalami retardasi mental.<br /><br />4. Focal motor :<br />Lesi pada lobus frontal.<br /><br />5. Focal Sensorik :<br />Lesi pada lobus parietal.<br /><br />6. Focal Psikomotor :<br />Disfungsi lobus temporal.<br /><br /><br /><br />E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.<br /> Pemeriksaan laboratorium :<br />Pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.<br /> Pemeriksaan EEG :<br />Pemeriksaan EEG sangat berguna untuk diagnosis epilepsi. Ada kelainan berupa epilepsiform discharge atau epileptiform activity), misalnya spike sharp wave, spike and wave dan sebagainya. Rekaman EEG dapat menentukan fokus serta jenis epilepsi apakah fokal, multifokal, kortikal atau subkortikal dan sebagainya. Harus dilakukan secara berkala (kira-kira 8-12 % pasien epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal).<br /> Pemeriksaan radiologis :<br />Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan sebagainya.<br />Pneumoensefalografi dan ventrikulografi untuk melihat gambaran ventrikel, sisterna, rongga sub arachnoid serta gambaran otak.<br />Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma / hematome/ abses.<br /><br />F. KOMPLIKASI.<br /> Kerusakan otak akibat hypoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang berulang.<br /> Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.<br /><br /><br /><br /><br />G. PENATALAKSANAAN.<br /> Medik :<br />a. Pengobatan Kausal :<br />Perlu diselidiki apakah pasien masih menderita penyakit yang aktif, misalnya tumor serebri, hematome sub dural kronik. Bila ya, perlu diobati dahulu.<br />b. Pengobatan Rumat :<br />Pasien epilepsi diberikan obat antikonvulsan secara rumat. Di klinik saraf anak FKUI-RSCM Jakarta, biasanya pengobatan dilanjutkan sampai 3 tahun bebas serangan, kemudian obat dikurangi secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan. Pada umumnya lama pengobatan berkisar antara 2-4 tahun bebas serangan. Selama pengobatan harus diperiksa gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratorium secara berkala.<br /><br />Obat yang dipakai untuk epilepsi yang dapat diberikan pada semua bentuk kejang :<br />- Fenobarbital, dosis 3-8 mg/kg BB/hari.<br />- Diazepam, dosis 0,2 -0,5 mg/Kg BB/hari.<br />- Diamox (asetazolamid); 10-90 mg/Kg BB/hari.<br />- Dilantin (Difenilhidantoin), dosis 5-10 mg/Kg BB/hari.<br />- Mysolin (Primidion), dosis 12-25 mg /Kg BB/hari.<br /><br />Bila menderita spasme infantil diberikan :<br />- Prednison dosisnya 2-3 mg/Kg BB/hari.<br />- Dexametasone, dosis 0,2-0,3 mg/Kg BB/hari.<br />- Adrenokortikotropin, dosis 2-4 mg/Kg BB/hari.<br /> Keperawatan :<br />Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadinya bahaya akibat bangkitan epilepsi, gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi gangguan psikososial , kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.<br />H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.<br /><br />1. DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN.<br /> AKTIVITAS / ISTIRAHAT<br />Gejala : Keletihan, kelemahan umum.<br />Keterbatasan dalam aktivitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat .<br />Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot.<br />Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.<br /> SIRKULASI<br />Gejala : Iktal : Hypertensi, peningkatan nadi, sianosis.<br />Postiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.<br /> INTEGRITAS EGO<br />Gejala : Stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan / atau penanganan.<br />Peka rangsang; perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan.<br />Tanda : Pelebaran rentang respons emosional.<br /> ELIMINASI<br />Gejala : Inkontinensia episodik.<br />Tanda : Iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.<br />Postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urine / fekal).<br /> MAKANAN / CAIRAN<br />Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang.<br />Tanda : Kerusakan jaringan lunak / gigi (cedera selama kejang).<br />Hyperplasia gingival (efek samping pemakaian Dilantin jangka panjang).<br /> NEUROSENSORI<br />Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi serebral.<br />Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik).<br />Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese / paralisis.<br />Tanda : Karakteristik kejang :<br />Kejang umum.<br />Kejang parsial (kompleks).<br />Kejang parsial (sederhana). <br /> NYERI / KENYAMANAN<br />Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode postiktal.<br />Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal.<br />Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati-hati.<br />Perubahan tonus otot.<br />Tingkah laku gelisah / distraksi.<br /> PERNAFASAN<br />Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat; peningkatan sekresi mukus.<br />Fase postiktal : apnea.<br /> KEAMANAN<br />Gejala : Riwayat terjatuh / trauma, fraktur.<br />Adanya alergi.<br />Tanda : Trauma pada jaringan lunak / ekimosis.<br />Penurunan kekuatan / tonus otot secara menyeluruh.<br /> INTERAKSI SOSIAL<br />Gejala : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya.<br />Pembatasan / penghindaran terhadap kontak sosial.<br /><br /> PENYULUHAN / PEMBELAJARAN<br />Gejala : Adanya riwayat epilepsi pada keluarga. Penggunaan / ketergantungan obat (termasuk alkohol).<br /><br /> PRIORITAS KEPERAWATAN<br />1. Mencegah / mengendalikan aktivitas kejang.<br />2. Melindungi pasien dari cedera.<br />3. Mempertahankan jalan nafas.<br />4. Meningkatkan harga diri yang positif.<br />5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan penanganannya.<br /><br /> TUJUAN PEMULANGAN<br />1. Serangan kejang terkontrol.<br />2. Komplikasi / cedera dapat dicegah.<br />3. Mampu menunjukkan citra tubuh.<br />4. Pemahaman terhadap proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.<br /><br />2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL :<br /><br /> Resiko tinggi terhadap trauma / penghentian pernafasan berhubungan dengan perubahan kesadaran; kelemahan; kehilangan koordinasi otot besar atau kecil.<br />RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :<br />- Gali bersama-sama klien berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang.<br />Rasional : alkohol, berbagai obat dan stimulasi lain (seperti kurang tidur, lampu yang terlalu terang, menonton televisi terlalu lama) dapat meningkatkan aktivitas otak, yang selanjutnya meningkatkan resiko terjadinya kejang.<br />- Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang terpasang dengan posisi tempat tidur rendah.<br />Rasional : mengurangi trauma saat kejang (sering / umum) terjadi selama pasien berada di tempat tidur.<br />- Tinggallah bersama pasien dalam waktu beberapa lama selama / setelah kejang.<br />Rasional : meningkatkan keamanan pasien.<br />- Catat tipe dari aktivitas kejang (seperti lokasi / lamanya aktivitas motorik, hilang kesadaran, inkontinensia, dan lain-lain) dan berapa kali terjadi (frekuensi / kekambuhannya).<br />Rasional : membantu untuk melokalisasi daerah otak yang terkena.<br /><br /><br /><br /> Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas / pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler; obstruksi trakeobronkial.<br /><br />RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :<br />- Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.<br />Rasional : menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.<br />- Letakkan pasien dalam posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.<br />Rasional : meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas.<br />- Tanggalkan pakaian pada daerah leher / dada dan abdomen.<br />Rasional : untuk memfasilitasi usaha bernafas / ekspansi dada.<br />- Masukkan spatel lidah / jalan nafas buatan atau gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi.<br />Rasional : jika memasukkannya di awal untuk membuka rahang, alat ini untuk mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lendir atau memberi sokongan terhadap pernafasan jika diperlukan.<br />- Lakukan penghisapan sesuai indikasi.<br />Rasional : menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia.<br />- Kolaborasi dalam pemberian tambahan oksigen.<br />Rasional : dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang.<br /><br /><br /> Gangguan harga diri / identitas diri berhubungan dengan persepsi tidak terkontrol; stigma berkenaan dengan kondisi; ditandai dengan : takut penolakan, perubahan persepsi tentang diri, kurang mengikuti / tidak berpartisipasi pada terapi.<br /><br />RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :<br />RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :<br /><br />- Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostik, persepsi diri terhadap penanganan yang dilakukannya. Anjurkan untuk mengungkapkan perasaannya.<br />Rasional : reaksi yang ada bervariasi diantara individu dan pengetahuan / pengalaman awal dengan keadaan penyakitnya akan mempengaruhi penerimaan terhadap aturan pengobatan.<br />- Identifikasi / antisipasi kemungkinan reaksi orang pada keadaan penyakitnya.<br />Rasional : memberikan kesempatan untuk berespons pada proses pemecahan masalah dan memberikan tindakan kontrol terhadap situasi yang dihadapi.<br />- Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh atau yang akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yang dimilikinya.<br />Rasional : memfokuskan pada asfek positif dapat membantu untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan atau kesadaran terhadap diri sendiri dan membentuk pasien mulai menerima penanganan terhadap penyakitnya.<br />- Diskusikan rujukan kepada psikoterapi dengan pasien atau orang terdekat. <br />Rasional : kejang mempunyai pengaruh yang besar pada harga diri seseorang dan pasien / orang terdekat dapat merasa berdosa atas keterbatasan penerimaaan terhadap dirinya dan stigma masyarakat. Konseling dapat membantu mengatasi perasaan terhadap kesadaran diri sendiri.<br /><br /> Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, salah interpretasi informasi, kurang menginat, ditandai dengan : kurang mengikuti aturan obat, pertanyaan, kurang kontrol aktivitas kejang.<br /><br />RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :<br />- Jelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit dan perlunya pengobatan / penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai prosedur.<br />Rasional : memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan persepsi dan keadaan penyakit yang ada sebagai sesuatu yang dapat ditangani dalam cara hidup yang normal.<br />- Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurangan dosis.<br />Rasional : tidak adanya pemahaman terhadap obat-obatan yang didapat merupakan penyebab dari kejang yang terus menerus tanpa henti.<br />- Anjurkan pasien untuk memakai gelang / semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa anda adalah penderita epilepsi.<br />Rasional : mempercepat penanganan dan menentukan diagnosa dalam keadaan darurat.<br />- Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya alkohol, kafein dan obat yang dapat menstimulasi kejang.<br />Rasional : aktivitas yang sedang dan teratur dapat membantu menuurnkan / mengendalikan faktor-faktor predisposisi yang meningkatkan perasaan sehat dan kemampuan koping yang baik dan juga meningkatkan harga diri.<br /> Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan sel otak dan aktivitas kejang sekunder terhadap epilepsi.<br /><br />RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :<br />- Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.<br />Rasional : memberikan gambaran tentang pola perkembangan anak sesuai dengan perkembangan di kelompok usianya.<br /><br />- Observasi dan berikan kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia.<br />Rasional : mengetahui sejauh mana perkembangan anak yang dapat dicapai dan membandingkan dengan pola perkembangan sesuai kelompok usia perkembangan.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Doengoes, Marylin,1999. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.<br /><br />Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC, Jakarta.<br /><br />Mansjoer, Arif. dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Auskulapius, Jakarta<br /><br />Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC, JakartaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-60480911160770891412013-03-13T10:59:00.000-07:002013-07-25T11:15:25.028-07:00askep epilepsi pdf<b>askep epilepsi pdf</b>, anda mencari <i>artikel askep epilepsi format pdf</i>, tentu seperti ini <u>formatnya askep epilepsi.pdf</u> lansung aja Download File <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/askep-epilepsi.html" target="_blank">askep epilepsi</a> pdf <a href="http://www.docstoc.com/docs/72653018/EPILEPSI-(PDF)" target="_blank">DISINI</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-20848395489645607222013-03-12T10:56:00.000-07:002013-07-25T11:15:25.125-07:00askep epilepsi pada anak<b>askep epilepsi pada anak</b> - <i>ASKEP EPILEPSI</i><br />TINJAUAN TEORI<br />A. <u>Pengertian Epilepsi</u><br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">Epilepsi</a> adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007)<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi-pada-bayi.html" target="_blank">Epilepsi adalah</a> gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000)<br /><a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi.html" target="_blank">Epilepsi adalah sindroma</a> otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008)<br />B. Etiologi<br />Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada:<br />Trauma lahir, Asphyxia neonatorum<br />Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf<br />Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol<br />Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)<br />Tumor Otak<br />kelainan pembuluh darah<br />(Tarwoto, 2007)<br />C. Patofisiologi<br />Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-jutaneron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik sarafyang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.<br />D. Manifestasi klinik<br />Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan<br />Kelainan gambaran EEG<br />Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen<br />Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)<br />E. Klasifikasi kejang<br />Kejang Parsial<br />Parsial Sederhana<br />Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran Misal: hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak Dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum/tdk nyaman<br />Parsial Kompleks<br />Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran. Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat<br />Kejang Umum (grandmal)<br />Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:<br />Kejang Tonik-Klonik<br />Kejang Tonik<br />Kejang Klonik<br />Kejang Atonik<br />Kejang Myoklonik<br />Spasme kelumpuhan<br />Tidak ada kejang<br />Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak lengkap.<br />F.Pemeriksaan diagnostik<br />CT Scan<br />Untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral<br />Elektroensefalogram(EEG)<br />Untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan<br />Magnetik resonance imaging (MRI)<br />Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.<br />G. Penatalaksanaan<br />Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang<br />Farmakoterapi<br />Anti kovulsion untuk mengontrol kejang<br />Pembedahan<br />Untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler<br />Jenis obat yang sering digunakan<br />Phenobarbital (luminal).<br />Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.<br />Primidone (mysolin)<br />Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.<br />Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).<br />Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis.<br />Tak berhasiat terhadap petit mal.<br />Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.<br />Carbamazine (tegretol).<br />Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.<br />Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.<br />Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.<br />Diazepam.<br />Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).<br />Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.<br />Nitrazepam (Inogadon).<br />Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.<br />Ethosuximide (zarontine).<br />Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal<br />Na-valproat (dopakene)<br />Obat pilihan kedua pada petit mal<br />Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.<br />Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.<br />Efek samping mual, muntah, anorexia<br />Acetazolamide (diamox).<br />Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.<br />Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.<br />ACTH<br />Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.<br />ASUHAN KEPERAWTAN<br />I.Pengkajian<br />Riwayat kesehatan<br />Riwayat keluarga dengan kejang<br />Riwayat kejang demam<br />Tumor intrakranial<br />Trauma kepal terbuka, stroke<br />Riwayat kejang<br />Berapa sering terjadi kejang<br />Gambaran kejang seperti apa<br />Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal<br />Apa yang dilakuakn pasien setelah kejang<br />Riwayat penggunaan obat<br />Nama obat yang dipakai<br />Dosis obat<br />Berapa kali penggunaan obat<br />Kapan putus obat<br />Pemeriksaan fisik<br />Tingkat kesadaran<br />Abnormal posisi mata<br />Perubahan pupil<br />Gerakan motorik<br />Tingkah laku setelah kejang<br />Apnea<br />Cyanosis<br />Saliva banyak<br />Psikososial<br />Usia<br />Jenis kelamin<br />Pekerjaan<br />Peran dalam keluarga<br />Strategi koping yang digunakan<br />Gaya hidup dan dukungan yang ada<br />Pengetahuan pasien dan keluarga<br />Kondisi penyakit dan pengobatan<br />Kondisi kronik<br />Kemampuan membaca dan belajar<br />Pemeriksaan diagnostik<br />Laboratorium<br />Radiologi<br />II. Diagnosa keperawatan<br />Resiko injury b/d aktivitas kejang<br />Resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi<br />Cemas b/d terjadinya kejang<br />Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan<br />III. Intervensi keperawatan<br />1. Dx: resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi<br />Intervensi:<br />Mandiri<br />Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.<br />Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.<br />Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.<br />Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan indiksi.<br />Lakukan penghisapan sesuai indikasi.<br />Kolaborasi<br />Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.<br />Siapkan untukmelakukan intubasi, jika ada indikasi<br />2. Dx: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan<br />Mandiri<br />Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/ prognosis penyakit dan perlunya pengobata/penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.<br />Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis.<br />Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan, jika memungkinkan.<br />Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperi mengantuk, hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan, mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan anemia aplastik.<br />Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsi.<br />Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya sakit tenggorok atau demam.<br />Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal<br />Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya, alkohol, kefein dan obaat yang dapat menstimulasi kejang.<br />Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur.<br />Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki, diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi, menggunakan alat mekanik, panjat tebing, berenang, hobi dan sejenisnya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4945462298158085218.post-42701670326215197362013-03-10T10:50:00.000-07:002013-07-25T11:15:25.223-07:00penyebab epilepsi pada orang dewasa<b>penyebab epilepsi pada orang dewasa</b> - <i>Epilepsi adalah</i> penyakit saraf yang kambuh dengan tiba - tiba tanpa di ketahui penyebabnya dan kejadian tersebut dapat terjadi secara berulang - ulang. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa <u>epilepsi</u> terjadi di akibatkan aktivitas listrik yang tidak normal pada otak. Di saat penderita <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/" target="_blank">epilepsi</a> mengalami kejang maka hal yang biasa terjadi pada penderita adalah hilangnya kesadaran dalam waktu yang tidak di ketahui, lidah menjulur, gemetar dan mengeluarkan air liur.<br /><br />Dalam otak manusia terdiri dari berjuta sel saraf (neuron), yang mana sel - sel saraf tersebut bertugas mengatur segala aktivitas tubuh tak terkecuali mengatur perasaan, berpikir, penglihatan dan pergerakan semua otot. Yang terjadi pada penderita <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi-pada-bayi.html" target="_blank">epilepsi</a> sel - sel saraf tersebut tidak bekerja dengan semestinya. Hal tersebut terjadi akibat beberapa unsur, antara lain; cedera kepala yang mengakibatkan trauma, tumor otak, suplai darah ke otak lambat dan lain - lain. <a href="http://diarihidupseorangaku.blogspot.com/2013/03/penyebab-epilepsi-kambuh.html" target="_blank">Epilepsi</a> bukan penyakit turunan namun penyebab epilepsi masih belum di ketahui dengan pasti.<br /><br />Dalam dunia kedokteran, penyakit epilepsi dapat di kategorikan dalam dua jenis penyakit epilepsi, yaitu:<br />Epilepsi Umum yaitu epilepsi yang terjadi dengan hilangnya kesadaran dan mengakibatkan kejang pada seluruh tubuh, lidah menjulur, mulut mengeluarkan busa, nafas keras seperti ngorok hingga kontraksi pada otot yang dapat menyebabkan penderita mendadak jatuh.<br />Epilepsi Parsial yaitu epilepsi yang terjadi akibat kesemutan, merasa mimpi padahal sedang terjaga, berhalisinasi, pikiran kosong, daya ingat menurun dan terganggu. Biasanya penderita bicara berulang - ulang atau melamun dalam waktu yang lama bahkan penderita kadang sampai berlari - lari.<br />Epilepsi sebagian besar terjadi pada usia anak - anak, namun masih dapat di jumpai juga orang dewasa yang menderita epilesi. Epilepsi yang terjadi pada orang dewasa biasanya di akibatkan karena terjadinya trauma di kepala yang di akibatkan kecelakaan yang dapat menyebabkan gagar otak atau karena infeksi.<br />berikut beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan pasien epilepsi, yaitu:<br /><br />1. Stimulasi cahaya<br />Pada pasien fotosensitif epilepsi, stimulasi cahaya dapat memicu kekambuhan, sehingga hindari pantuhan cahaya matahari pada air, gunakan kacamata hitam, hindari lampu diskotik, video game dan pantulan televisi.<br /><br />2. Merokok<br />Merokok sering memicu kekambuhan pasien epilepsi meski belum bisa dibuktikan secara penelitian. <br /><br />3. Olahraga berlebihan<br />Penyandang epilepsi tetap butuh olahraga tetapi jangan melakukan olahraga untuk alasan kompetisi. Olahraga juga sebaiknya dilakukan di lapangan atau gedung olahraga, jangan di jalanan umum, sehingga bila terjadi kekambuhan mudah mendapatkan pertolongan.<br /><br />Hindari olahraga di ketinggian seperti panjat tebing dan naik gunung. Berenang boleh tapi harus ditemani.<br /><br />4. Stres<br />Stres terbukti lebih banyak mencetuskan kebangkitan serangan (kekambuhan) dibandingkan aktivitas fisik.<br /><br />5. Kondisi menegangkan<br />Saat-saat menjelang test, kerja berlebihan atau deadline kerja, menjelang atau saat menstruasi bisa juga memicu serangan epilepsi.<br /><br />6. Kurang tidur, alkohol dan kurang makan<br />Banyak pasien yang mengalami serangan bila kurang tidur. Tapi ada juga yang mengalami serangan saat sedang tertidur. Alkohol juga bisa memicu serangan karena dapat menurunkan kadar obat dalam darah. Selain itu, kurang makan juga dapat memicu serangan karena menurunkan gula darah.<br /><br />Dalam proses penyembuhannya, epilepsi tidak dapat di sembuhkan dengan seketika, untuk penobatannya itu sendiri hanya bersifat pengendalian saja dan untuk mengurangi terjadinya kejang pada penderita atau bahkan untuk menghilangkannya. Tujuan dari pengobatan adalah agar penderita bebas kejang.<br /><br />Penderita epilepsi harus tetap memerlukan pengobatan hingga tidak di temui lagi gejala epilepsi dalam waktu yang lama. Yang harus di ketahui bahwa epilepsi tidak mengakibatkan kemunduran kecerdasan otak. Anak - anak yang menderita epilepsi masih dapat beraktivitas seperti anak normal lainnya asalkan tetap minum obat secara teratur.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06399259481610822898noreply@blogger.com0